trust ~ imtiyaz learnings | Pernah nggak, kamu merasa susah banget buat dapat kepercayaan dari orang lain? Atau lebih parahnya, kamu pernah kehilangan trust dari atasan, teman, atau tim kerja? Kepercayaan itu ibarat kaca—sekali retak, susah diperbaiki. Tapi tenang, trust bisa dibangun kembali, asalkan kita paham caranya. Salah satu kisah paling epik tentang kepercayaan datang dari Ka’ab bin Malik, seorang sahabat Nabi yang pernah kehilangan trust komunitasnya dan harus berjuang selama 50 hari untuk memulihkannya.
Kisah Ka’ab ini ternyata nyambung banget sama konsep Speed of Trust dari Stephen M.R. Covey. Dalam dunia kerja, bisnis, dan kehidupan sosial, trust bukan cuma bikin hubungan lebih harmonis, tapi juga mempercepat kesuksesan. Tanpa trust, semua jadi lebih mahal, lebih lambat, dan lebih ribet. Lalu, gimana caranya membangun kepercayaan dengan cepat dan mempertahankannya? Yuk, kita pelajari dari Ka’ab bin Malik dan strategi trust-building dalam leadership modern! 🚀🔥
Ka‘ab bin Malik adalah salah satu dari tiga sahabat yang tidak ikut serta dalam Perang Tabuk tanpa alasan yang sah. Kisahnya terkenal dalam Sirah Nabawiyah karena ia jujur mengakui kesalahannya dan mendapat pengampunan Allah setelah masa ujian yang panjang.

Latar Belakang Perang Tabuk
Perang Tabuk terjadi pada tahun ke-9 Hijriyah. Rasulullah ﷺ memerintahkan umat Islam untuk berangkat ke Tabuk guna menghadapi ancaman Romawi. Perjalanan ini sangat berat karena jaraknya jauh, musim panas yang terik, dan keadaan ekonomi yang sulit. Banyak sahabat yang ikut serta, tetapi ada juga beberapa yang tertinggal—terutama kaum munafik yang mencari alasan untuk tidak ikut.
Ka‘ab bin Malik dan Dua Sahabat yang Tertinggal
Ka‘ab bin Malik awalnya berniat ikut serta dalam perang, tetapi ia menunda-nunda persiapannya hingga akhirnya pasukan berangkat tanpa dirinya. Ia bukan seorang munafik, tetapi kelalaiannya membuatnya tertinggal tanpa alasan yang kuat. Bersamanya, ada dua sahabat lain yang mengalami hal serupa: Hilal bin Umayyah dan Murarah bin Rabi‘.
Setelah Rasulullah ﷺ dan pasukan tiba di Tabuk, beliau bertanya tentang Ka‘ab. Salah seorang sahabat berkata, “Dia tertinggal karena merasa bangga dengan dirinya sendiri.” Namun, Mu’adz bin Jabal membela Ka‘ab dengan mengatakan bahwa ia adalah orang yang baik. Rasulullah ﷺ menerima laporan dari orang-orang yang tertinggal. Banyak dari mereka adalah kaum munafik yang berdalih dan berbohong, sehingga Rasulullah ﷺ menerima alasan mereka secara lahiriah tetapi menyerahkan urusan mereka kepada Allah.
Namun, ketika giliran Ka‘ab bin Malik, ia dengan jujur mengakui kesalahannya tanpa mencari alasan. Rasulullah ﷺ menghargai kejujurannya tetapi tetap memberikan hukuman sosial: Ka‘ab dan dua sahabatnya diisolasi selama 50 hari, di mana tidak ada seorang pun dari kaum Muslim yang diizinkan berbicara dengan mereka.
Hukuman yang Dialami Ka‘ab bin Malik Selama 50 Hari
Ketika Ka‘ab bin Malik dan dua sahabat lainnya (Hilal bin Umayyah dan Murarah bin Rabi‘) dengan jujur mengakui kesalahan mereka tidak ikut Perang Tabuk, Rasulullah ﷺ tidak langsung memberikan keputusan. Namun, berbeda dengan orang-orang munafik yang berbohong dan mencari alasan, Ka‘ab dan dua sahabatnya tidak mendapatkan pengampunan langsung.
Sebagai bentuk hukuman dan ujian, Rasulullah ﷺ memboikot mereka secara sosial selama 50 hari. Hukuman ini terjadi dalam dua fase:
- Fase pertama (40 hari pertama): Ka‘ab dan dua sahabatnya dilarang diajak berbicara oleh seluruh kaum Muslimin, termasuk keluarga dan teman-teman dekat mereka.
- Fase kedua (10 hari terakhir): Rasulullah ﷺ memerintahkan agar istri mereka juga menjauhi mereka, menambah berat ujian mereka.
Tantangan dan Ujian yang Dialami Ka‘ab bin Malik
1. Isolasi Sosial yang Menyakitkan
- Ka‘ab bin Malik tidak hanya dilarang berbicara dengan orang lain, tetapi juga tidak ada seorang pun yang boleh berbicara dengannya.
- Jika ia menyapa seseorang, tidak ada yang menjawabnya. Jika ia mendatangi kerabat atau teman dekat, mereka berpaling darinya.
- Bahkan ketika ia pergi ke masjid untuk shalat bersama Rasulullah ﷺ, beliau tidak memberikan perhatian padanya.
2. Perasaan Terasing di Kota Sendiri
- Kota Madinah terasa sangat asing baginya meskipun ia hidup di tengah masyarakat Muslim.
- Ka‘ab merasa seolah-olah ia adalah orang asing, bahkan di tempat yang selama ini menjadi rumahnya.
- Ia berusaha mencari kenyamanan, tetapi tidak ada seorang pun yang menghiburnya.
3. Ujian Ketika Diuji dengan Rayuan dari Musuh Islam
- Dalam kondisi tersisih, Ka‘ab menerima sebuah surat dari Raja Ghassan, pemimpin Kristen di Syam.
- Surat itu berisi ajakan agar Ka‘ab meninggalkan Madinah dan bergabung dengan mereka.
- Ini adalah godaan besar karena Ka‘ab berada dalam keadaan terisolasi dan bisa saja memilih jalan keluar dengan bergabung dengan orang-orang yang menerimanya.
- Namun, Ka‘ab tetap teguh dalam imannya dan segera membakar surat itu sebagai bentuk penolakan terhadap tawaran tersebut.
4. Puncak Ujian: Istrinya Harus Menjauhinya (10 Hari Terakhir)
- Setelah 40 hari berlalu, Rasulullah ﷺ memberikan perintah baru: istri mereka juga harus meninggalkan mereka.
- Hilal bin Umayyah yang sudah tua dan lemah diizinkan tetap ditemani istrinya tanpa berbicara, tetapi Ka‘ab harus berpisah total dari istrinya.
- Ini semakin memperberat beban emosionalnya, karena sekarang ia benar-benar sendirian.

Akhir Ujian: Pengampunan dari Allah
Pada hari ke-50, Allah menurunkan wahyu dalam Surah At-Taubah ayat 118, menyatakan bahwa Allah telah menerima taubat Ka‘ab bin Malik dan dua sahabatnya.
“Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan tobat mereka), hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas, dan hati mereka pun telah sempit (merasa tertekan), serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima tobat mereka agar mereka tetap dalam tobatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taubah: 118)
Ka‘ab bin Malik sangat bahagia mendengar kabar ini. Ia langsung sujud syukur dan memberikan sebagian besar hartanya sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah.
Pelajaran dari Ujian Ka‘ab bin Malik
- Kejujuran lebih baik daripada kebohongan – Ka‘ab memilih jujur meskipun konsekuensinya berat, dan akhirnya Allah memberikan pengampunan.
- Keteguhan dalam menghadapi ujian – Tawaran dari Raja Ghassan adalah godaan besar, tetapi ia tetap bertahan dalam keimanannya.
- Kesabaran dalam menjalani hukuman – 50 hari terasa sangat panjang, tetapi ia tidak pernah menyalahkan takdir atau mengeluh.
- Allah akan menerima taubat orang yang benar-benar menyesal – Meski hukuman sosialnya berat, akhirnya Allah memberikan pengampunan yang begitu mulia.
Kisah ini menjadi pelajaran bagi setiap Muslim bahwa kesalahan bisa diperbaiki dengan kejujuran, kesabaran, dan ketaatan kepada Allah.
Konsep The Speed of Trust – Stephen M.R. Covey dalam Manajemen Modern
Stephen M.R. Covey (bukan Franklin Covey, tetapi anaknya) dalam bukunya The Speed of Trust menjelaskan bahwa kepercayaan bukan sekadar nilai moral, tetapi aset bisnis yang memiliki dampak langsung pada kecepatan kerja dan biaya operasional organisasi.
Konsep Dasar The Speed of Trust
- Kepercayaan Meningkatkan Kecepatan dan Menurunkan Biaya
- Saat kepercayaan tinggi, proses kerja lebih cepat, kolaborasi lebih mudah, dan biaya lebih rendah.
- Saat kepercayaan rendah, ada banyak birokrasi, pengawasan ketat, persetujuan berlapis, dan biaya operasional meningkat.
- Covey merumuskan prinsip ini dalam persamaan: Kepercayaan ↓ → Kecepatan ↓ & Biaya ↑ ; Kepercayaan ↑ → Kecepatan ↑ & Biaya ↓
- Kepercayaan Dibangun di Lima Gelombang (Five Waves of Trust) Covey menjelaskan bahwa kepercayaan berkembang dalam lima level:
- Kepercayaan Diri (Self-Trust) → Apakah saya bisa dipercaya?
- Kepercayaan Relasional (Relationship Trust) → Apakah saya membangun hubungan yang dapat dipercaya?
- Kepercayaan Organisasi (Organizational Trust) → Apakah organisasi saya memiliki budaya kepercayaan?
- Kepercayaan Pasar (Market Trust) → Apakah pelanggan dan mitra bisnis percaya pada perusahaan saya?
- Kepercayaan Masyarakat (Societal Trust) → Apakah bisnis saya memiliki dampak positif terhadap masyarakat?
- 13 Perilaku yang Membangun Kepercayaan Covey menyebutkan 13 perilaku utama yang harus diterapkan pemimpin untuk membangun kepercayaan, di antaranya:
- Bersikap Jujur (Talk Straight) – Mengomunikasikan dengan transparan tanpa manipulasi.
- Menunjukkan Rasa Hormat (Demonstrate Respect) – Menghargai setiap individu dalam tim.
- Bertanggung Jawab (Take Responsibility) – Tidak menyalahkan orang lain atau situasi.
- Memberikan Hasil Nyata (Deliver Results) – Kredibilitas dibangun dari hasil, bukan janji.
- Meningkatkan Kemampuan (Keep Learning) – Terus berkembang agar tetap relevan.
- Menciptakan Kejelasan Harapan (Clarify Expectations) – Memastikan semua orang tahu apa yang diharapkan dari mereka.
Implementasi Speed of Trust dalam Manajemen Modern
1. Kepemimpinan Berbasis Kepercayaan (Trust-Based Leadership)
- Pemimpin harus membangun kredibilitas pribadi melalui kompetensi dan karakter.
- Komunikasi yang terbuka dan transparan mengurangi fear-based culture.
- Contoh: CEO yang memberikan akses langsung ke informasi perusahaan menciptakan kepercayaan karyawan.
2. Pengambilan Keputusan yang Lebih Cepat
- Kepercayaan mengurangi red tape (birokrasi berlebihan).
- Jika karyawan dipercaya, mereka tidak perlu menunggu persetujuan berlapis.
- Contoh: Perusahaan teknologi seperti Google memberikan kebebasan inovasi kepada timnya tanpa harus menunggu keputusan dari atasan setiap saat.
3. Efektivitas dalam Manajemen Tim
- Tim dengan tingkat kepercayaan tinggi lebih kolaboratif, inovatif, dan produktif.
- Ketika orang saling percaya, mereka lebih terbuka dalam berbagi ide tanpa takut dikritik.
- Contoh: Amazon dan Netflix menerapkan budaya “High Trust – High Performance,” di mana pegawai diberi tanggung jawab penuh tanpa pengawasan ketat.
4. Hubungan dengan Pelanggan dan Pasar
- Brand dengan kepercayaan tinggi seperti Apple, Toyota, dan Tesla memiliki loyalitas pelanggan tinggi.
- Transparansi dalam komunikasi meningkatkan kepercayaan pelanggan.
- Contoh: Patagonia meningkatkan kepercayaan publik dengan menerapkan transparansi penuh dalam rantai pasokan mereka.
5. Membangun Budaya Organisasi yang Berkelanjutan
- Organisasi dengan budaya kepercayaan tinggi memiliki retensi karyawan lebih baik.
- Budaya ini menarik talenta terbaik dan meningkatkan kepuasan kerja.
- Contoh: Zappos membangun budaya kerja dengan mempercayai karyawan untuk memberikan layanan pelanggan luar biasa tanpa skrip ketat.
Trust is a Competitive Advantage
Konsep The Speed of Trust bukan hanya teori, tetapi strategi bisnis yang dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya, dan mempercepat inovasi. Dalam era digital dan persaingan global, kepercayaan menjadi faktor pembeda utama dalam kepemimpinan, manajemen tim, dan pertumbuhan bisnis. Jika organisasi bisa membangun budaya kepercayaan, mereka akan bergerak lebih cepat dan lebih efisien daripada pesaing yang masih bergantung pada kontrol ketat dan birokrasi. 🚀
RELEVANSI DAN IMPLEMENTASI KONSEP SPEED OF TRUST OLEH KA’AB BIN MALIK
Kisah Ka’ab bin Malik dalam Perang Tabuk dan konsep Speed of Trust dari Stephen M.R. Covey memiliki keterkaitan yang kuat dalam aspek kepercayaan (trust), kepemimpinan (leadership), dan konsekuensi dari kehilangan serta membangun kembali kepercayaan. Mari kita bahas bagaimana prinsip Speed of Trust dapat dijelaskan melalui kisah Ka’ab bin Malik.
1. Peristiwa Ka’ab bin Malik dalam Perang Tabuk
Ka’ab bin Malik adalah salah satu dari tiga sahabat yang tidak ikut dalam Perang Tabuk tanpa alasan yang jelas. Berbeda dengan orang-orang munafik yang berbohong dan mencari alasan, Ka’ab dengan jujur mengakui kesalahannya di hadapan Rasulullah ﷺ. Akibatnya:
- Hukuman sosial selama 50 hari, di mana ia diboikot oleh seluruh kaum Muslimin, termasuk oleh sahabat terdekatnya.
- Pada hari ke-40, istrinya diperintahkan untuk menjauhinya sebagai bagian dari hukuman sosial ini.
- Setelah 50 hari, wahyu turun yang menyatakan bahwa Allah menerima taubatnya, dan ia kembali diterima dalam komunitas Muslim.
Ka’ab mengalami kehilangan kepercayaan (loss of trust) dalam komunitasnya dan harus melalui masa ujian berat untuk membangun kembali kepercayaan itu.
2. Hubungan Kisah Ka’ab bin Malik dengan Speed of Trust
A. Trust Decreases → Speed Decreases & Cost Increases
Ketika Ka’ab kehilangan kepercayaan dari Rasulullah ﷺ dan kaum Muslimin, ia menghadapi:
- ✅ Kecepatan berkurang: Tidak ada yang berbicara dengannya, aksesnya ke komunitas menjadi sangat terbatas, dan segala aktivitas sosialnya terhambat.
- ✅ Biaya meningkat: Ia merasakan tekanan psikologis luar biasa, bahkan raja dari Ghassan (kerajaan Kristen) mencoba memanfaatkannya dengan menawarkan perlindungan, tetapi Ka’ab menolaknya.
- ✅ Butuh waktu 50 hari untuk membangun kembali kepercayaan itu, menunjukkan bahwa membangun kembali trust lebih sulit daripada menjaganya.
Pelajaran Manajerial: Dalam organisasi, ketika seseorang kehilangan kepercayaan (misalnya karena kebohongan, kelalaian, atau pengkhianatan), efisiensi menurun dan biaya meningkat akibat pengawasan ketat, birokrasi tambahan, serta hilangnya efektivitas tim.
B. Ka’ab bin Malik Menggunakan 13 Perilaku Trust untuk Membangun Kembali Kepercayaan
Dalam prosesnya, Ka’ab menunjukkan banyak prinsip dari 13 perilaku yang membangun kepercayaan menurut Covey:
- Bersikap Jujur (Talk Straight)
- Ka’ab tidak membuat alasan palsu seperti orang-orang munafik. Ia berkata terus terang bahwa ia tidak punya alasan untuk absen dari Perang Tabuk.
- Dalam bisnis & kepemimpinan: Kejujuran membangun kredibilitas, sementara kebohongan menghancurkannya.
- Mengakui Kesalahan (Right Wrongs)
- Ka’ab menerima konsekuensi tanpa menyalahkan orang lain.
- Dalam organisasi: Pemimpin yang mengakui kesalahan akan lebih dihormati daripada yang menutupi kesalahan.
- Menunjukkan Integritas (Show Integrity)
- Ia menolak tawaran Raja Ghassan meskipun sedang dalam kesulitan, menunjukkan kesetiaan dan prinsip yang kuat.
- Dalam bisnis: Integritas menciptakan kepercayaan jangka panjang, sementara kompromi terhadap nilai hanya memberikan keuntungan sesaat.
- Menjaga Komitmen (Keep Commitments)
- Setelah taubatnya diterima, Ka’ab semakin teguh dalam komitmen keimanannya.
- Dalam manajemen: Komitmen yang ditepati meningkatkan kepercayaan dalam tim dan organisasi.
- Meningkatkan Kapasitas Diri (Keep Learning)
- Ka’ab tidak mengulangi kesalahan yang sama dan menjadi lebih disiplin setelahnya.
- Dalam leadership: Pemimpin yang terus belajar dan berkembang lebih dipercaya.
3. Rasulullah ﷺ sebagai High Trust Leader
Dari perspektif kepemimpinan, Rasulullah ﷺ menerapkan prinsip Speed of Trust dalam cara beliau menangani kasus Ka’ab bin Malik:
✅ Transparansi & Konsistensi dalam Aturan
- Rasulullah ﷺ tidak memberi pengecualian, bahkan kepada sahabat setia seperti Ka’ab. Ini menunjukkan kepemimpinan yang adil dan transparan.
- Dalam bisnis: Pemimpin yang konsisten dan adil dalam menerapkan kebijakan akan lebih dipercaya dibandingkan yang pilih kasih.
✅ Hukuman Bertujuan Membangun, Bukan Menghancurkan
- Pemboikotan bukan untuk menghancurkan Ka’ab, tetapi untuk membantu refleksi dan pemurnian niatnya.
- Dalam manajemen: Hukuman atau sanksi harus bersifat edukatif, bukan destruktif.
✅ Restorasi Kepercayaan setelah Taubat
- Setelah Ka’ab menunjukkan perubahan, Rasulullah ﷺ segera mengembalikan kepercayaannya.
- Dalam leadership: Setelah karyawan atau anggota tim memperbaiki kesalahannya, mereka harus diberikan kesempatan untuk kembali membangun kredibilitas.
4. Pelajaran Manajerial dari Kisah Ka’ab bin Malik & Speed of Trust
Pelajaran dalam Kisah Ka’ab | Penerapan dalam Manajemen Modern |
---|---|
Kepercayaan adalah aset berharga | Tim dengan trust tinggi lebih produktif & kolaboratif |
Kehilangan kepercayaan berdampak besar | Jika trust hilang, kecepatan berkurang & biaya naik |
Kejujuran lebih dihargai daripada alasan palsu | Komunikasi terbuka mengurangi risiko mispersepsi |
Proses membangun kembali kepercayaan butuh waktu & ujian | Jika trust hilang, butuh aksi nyata untuk memulihkannya |
Pemimpin harus adil & transparan | Aturan harus ditegakkan tanpa pilih kasih |
Hukuman harus bersifat edukatif, bukan destruktif | Pemimpin harus membimbing, bukan menghukum tanpa solusi |
Kesimpulan: Trust is Earned, Not Given
- Kisah Ka’ab bin Malik adalah contoh nyata bagaimana kepercayaan bisa hilang, tetapi juga bisa dipulihkan dengan kejujuran, integritas, dan kesabaran.
- Rasulullah ﷺ menunjukkan kepemimpinan berbasis kepercayaan yang sejalan dengan prinsip Speed of Trust.
- Dalam manajemen modern, kepercayaan adalah aset bisnis. Jika pemimpin dan organisasi membangun trust, mereka akan mendapatkan efisiensi tinggi, biaya rendah, dan loyalitas tim serta pelanggan.
💡 Inti Pelajaran: Kepercayaan itu cepat hilang, tetapi butuh usaha keras untuk membangunnya kembali. Jika Anda ingin sukses dalam kepemimpinan dan bisnis, trust harus menjadi prioritas utama. 🚀
—0—
Agile Leadership 4.0
Deskripsi
Bagaimana memimpin tim di era industry 4.0 dengan pendekatan yang lebih humanis dan tech savvy, dengan kata lain menerapkan konsep high touch leadership yang fleksibel dan humanis, tanpa melupakan pengasahan diri leader dengan teknologi digital terkini.
Manfaat
Membekali para Leader dengan skill kepemimpinan yang efektif, humanis, dan digital updated.
Keunggulan
Ilmu kepemimpinan yang praktikal, mudah dipahami, mudah diterapkan kepada semua jenis anggota tim dengan pendekatan yang humanis dan digitally updated, utilisasi teknologi artificial intelligence.
Skill
Team member state diagnosis, agile and flexible leadership, high performance partnering, leadership transparency, leadership with integrity, humanist leadership.
Target Peserta
Leader, Manager, Director, Vice President, General Manager, C-Level
Materi Training
- Agile Leadership Concept
- Building Trust to team member
- Humanist Leadership
- Team member state diagnosis
- Agile flexible leadership
- Higly effective partnering.
Durasi
2 Hari
Metode
- Participative Learning;
- Group Discussion;
- Interactive Presentation;
- Case Study;
- Impactful Role Play;
- Simulation;
- Group Presentation.

Hubungi kami untuk mendapatkan penawaran dari program unggulan Imtiyaz Learnings. SALES TRAINING 4.0 adalah program unggulan kami untuk membantu para pimpinan sales mencapai target penjualan perusahaan. Metode pembelajaran yang dijalankan merupakan kolabolasi dari pengalaman tim trainer di dunia sales dengan memanfaatkan kemajuan teknologi terkini.
Address:
H. Nawi Raya No. 191, Gandaria Utara Kota Jakarta Selatan 12140, Jakarta Lihat Google Maps –>> klik disini
Phone / Whatsapp :
- 0812 9581 2288 (DEWA) –>> klik disini
- 0852 8350 0976 (DINI) –>> klik disini
Email:
- dewa@imtiyazlearnings.com
- dini.mufidah@imtiyazlearnings.com
Socmed:
- LinkedIn : imtiyazlearningconsulting –>> klik disini
- Instagram : imtiyazlearnings –>> klik disini