Knowledge Management ~ Imtiyaz Learnings | Di era digital ini, ilmu ada di ujung jari. Mau belajar strategi bisnis? Tanya ChatGPT. Butuh coding cepat? Minta AI bikinin. Tapi, ada satu pertanyaan penting: Apakah kita benar-benar memahami ilmu atau sekadar mengumpulkan informasi? Imam Al-Ghazali pernah berkata bahwa ilmu memiliki tingkatan—dari sekadar tahu hingga menjadi kebijaksanaan yang membentuk karakter. Di sisi lain, Model SECI dari Nonaka & Takeuchi menjelaskan bagaimana ilmu bisa ditransformasikan dalam organisasi, dari pengalaman personal hingga inovasi kolektif.
Dengan menggabungkan Al-Ghazali (kesadaran & kebijaksanaan) dan SECI Model (transformasi & berbagi ilmu), bisnis dapat memiliki Knowledge Management yang lebih holistik, relevan dalam situasi VUCA dan era digital, serta menghasilkan organisasi yang lebih agile, inovatif, dan beretika.
Pendekatan ini akan:
- ✅ Mengurangi kebingungan di tengah banjir informasi
- ✅ Membantu pemimpin membuat keputusan berbasis ilmu dan kebijaksanaan
- ✅ Membentuk budaya berbagi ilmu yang lebih etis dan berkelanjutan
- ✅ Menjadikan Knowledge Management sebagai competitive advantage bagi bisnis di era digital
Lalu, bagaimana kita bisa menggabungkan keduanya? SECI Model menuntun kita melalui empat tahap: Socialization (berbagi pengalaman), Externalization (menuangkan ide), Combination (menghubungkan wawasan), dan Internalization (mewujudkan dalam tindakan nyata). Sedangkan Al-Ghazali mengajarkan bahwa ilmu sejati harus dipahami, diamalkan, dan dihayati. Bayangkan jika kita tidak hanya copy-paste jawaban dari AI, tetapi mampu mengolahnya menjadi wawasan yang bermakna, lalu menerapkannya dalam kehidupan dan bisnis. Inilah yang membedakan sekadar “pintar” dengan benar-benar “bijak.” 🔥Mari kita kupas satu demi satu konsep dan aplikasinya dalam artikel ini.

4 LEVEL PENGUASAAN ILMU MENURUT IMAM AL GHAZALI
Knowledge Management ~ Imtiyaz Learnings | Imam Al-Ghazali, seorang filsuf, teolog, dan sufi besar dalam Islam, memiliki pandangan mendalam tentang ilmu pengetahuan dan bagaimana seseorang menguasainya. Dalam berbagai karyanya, terutama dalam Ihya’ Ulumuddin, beliau menjelaskan bahwa manusia memiliki tingkatan dalam memahami dan mengamalkan ilmu. Salah satu konsep yang sering dikaitkan dengannya adalah empat tingkatan penguasaan ilmu, yang menggambarkan bagaimana seseorang memahami dan mempraktikkan ilmu dalam kehidupannya.
Empat Tingkatan Penguasaan Ilmu Menurut Imam Al-Ghazali
- Orang yang Tahu bahwa Dia Tahu (ʿĀlim Bī ʿIlmih)
- Ini adalah tingkatan tertinggi, yaitu orang yang benar-benar berilmu dan menyadari ilmunya.
- Mereka memahami konsep dan prinsip secara mendalam serta mampu mengajarkan atau menerapkannya dalam kehidupan nyata.
- Imam Al-Ghazali menempatkan para ulama sejati, guru spiritual, dan pemimpin bijaksana dalam kategori ini.
- Nasihat Al-Ghazali: Orang seperti ini harus menjadi guru dan membimbing orang lain.
- Orang yang Tahu bahwa Dia Tidak Tahu (Jāhil Bī Jahlih)
- Ini adalah golongan orang yang sadar akan keterbatasan pengetahuannya dan memiliki keinginan untuk belajar.
- Mereka memiliki sikap rendah hati dan terus mencari ilmu agar tidak tetap dalam ketidaktahuan.
- Dalam konsep Islam, ini adalah sikap seorang murid atau pencari ilmu (muta’allim).
- Nasihat Al-Ghazali: Orang seperti ini harus terus belajar dari orang yang lebih berilmu agar tidak terjebak dalam kebodohan.
- Orang yang Tidak Tahu bahwa Dia Tahu (ʿĀlim Bī Jahlih)
- Ini adalah kelompok orang yang sebenarnya memiliki ilmu tetapi tidak menyadarinya atau tidak percaya diri dengan ilmunya.
- Bisa jadi mereka tidak memiliki guru yang membimbing atau kurang memahami potensi diri mereka.
- Mereka membutuhkan dorongan untuk mengasah ilmunya dan menerapkannya.
- Nasihat Al-Ghazali: Orang ini perlu dibimbing dan diarahkan agar ilmunya tidak sia-sia.
- Orang yang Tidak Tahu bahwa Dia Tidak Tahu (Jāhil Bī ʿIlmih)
- Ini adalah tingkatan terendah, yaitu orang yang bodoh tetapi tidak menyadari kebodohannya.
- Mereka sering kali merasa sudah tahu segalanya dan menolak belajar dari orang lain.
- Imam Al-Ghazali menyebut kelompok ini sebagai orang yang paling berbahaya, karena bisa menyesatkan dirinya sendiri dan orang lain.
- Nasihat Al-Ghazali: Orang seperti ini sulit diajari, tetapi perlu disadarkan agar menyadari keterbatasannya dan mau belajar.

Implikasi dalam Leadership dan Pendidikan
- Pemimpin yang baik harus berada pada tingkatan pertama (ālim bī ‘ilmih), karena ia memiliki kebijaksanaan untuk membimbing orang lain.
- Murid yang baik berada pada tingkatan kedua (jāhil bī jahlih), karena ia sadar akan keterbatasannya dan mau belajar.
- Orang yang berbakat tetapi tidak sadar akan potensinya (ālim bī jahlih) harus diberikan motivasi dan bimbingan.
- Orang yang bodoh tetapi merasa pintar (jāhil bī ‘ilmih) harus disadarkan agar tidak menyebarkan kesesatan.
Knowledge Management ~ Imtiyaz Learnings | Konsep empat tingkatan ilmu menurut Imam Al-Ghazali memberikan panduan dalam memahami bagaimana seseorang memperlakukan ilmu pengetahuan. Beliau menekankan bahwa ilmu harus dipelajari dengan kerendahan hati, diajarkan dengan kebijaksanaan, dan diamalkan dengan tanggung jawab. Sikap terhadap ilmu menentukan apakah seseorang akan berkembang atau justru tersesat dalam kebodohan yang tak disadarinya.
MODEL SECI NONAKA – TAKEUCHI DALAM KNOWLEDGE MANAGEMENT
Knowledge Management ~ Imtiyaz Learnings | Model SECI (Socialization, Externalization, Combination, Internalization) diperkenalkan oleh Ikujiro Nonaka dan Hirotaka Takeuchi pada tahun 1995 dalam buku mereka The Knowledge-Creating Company. Model ini merupakan salah satu konsep fundamental dalam manajemen pengetahuan dan banyak digunakan untuk memahami bagaimana pengetahuan diciptakan, dikonversi, dan diterapkan dalam organisasi. Kimiz Dalkir dalam bukunya Knowledge Management in Theory and Practice menjelaskan model SECI secara rinci sebagai bagian dari teori manajemen pengetahuan.

1. Gambaran Umum Model SECI
Model SECI menggambarkan bagaimana pengetahuan dikonversi antara dua bentuk utama:
- Tacit Knowledge (pengetahuan tersirat) → Pengetahuan yang sulit dikodifikasi, seperti keterampilan, pengalaman, atau intuisi.
- Explicit Knowledge (pengetahuan eksplisit) → Pengetahuan yang dapat didokumentasikan dalam bentuk tertulis, gambar, diagram, atau basis data.
Konversi ini terjadi melalui empat tahap dalam spiral SECI, yaitu:
- Socialization (Sosialisasi): Tacit to Tacit
- Externalization (Eksternalisasi): Tacit to Explicit
- Combination (Kombinasi): Explicit to Explicit
- Internalization (Internalisasi): Explicit to Tacit
Keempat tahap ini berlangsung secara siklikal dan berulang dalam organisasi, menciptakan siklus pembelajaran yang terus berkembang.
2. Empat Tahap Model SECI
a. Socialization (Tacit to Tacit) – “Berbagi Pengalaman”
Pada tahap ini, pengetahuan diperoleh melalui berbagi pengalaman secara langsung, biasanya dalam bentuk interaksi sosial.
- Metode utama: Observasi, diskusi, mentoring, kerja sama tim, dan belajar dari pengalaman langsung.
- Contoh:
- Seorang mekanik senior mengajarkan teknik perbaikan mesin kepada juniornya melalui pengamatan langsung dan demonstrasi praktik.
- Seorang chef berbagi keterampilan memasak melalui pengalaman kerja di dapur.
b. Externalization (Tacit to Explicit) – “Dokumentasi Pengetahuan”
Tahap ini mengubah pengetahuan tacit menjadi eksplisit melalui artikulasi, dokumentasi, atau pembuatan model konseptual.
- Metode utama: Menulis laporan, membuat diagram, menciptakan prosedur operasional standar (SOP), berbagi insight melalui presentasi.
- Contoh:
- Seorang engineer mendokumentasikan trik troubleshooting mesin yang ia pelajari dari pengalaman kerja.
- Seorang dosen menulis buku tentang metode mengajar yang telah ia kembangkan dari pengalaman bertahun-tahun.
c. Combination (Explicit to Explicit) – “Mengkombinasikan Data dan Informasi”
Tahap ini melibatkan penggabungan berbagai bentuk pengetahuan eksplisit menjadi sistem atau dokumen baru yang lebih kaya informasi.
- Metode utama: Analisis data, pengelompokan informasi, pembuatan manual, perancangan sistem manajemen pengetahuan.
- Contoh:
- Sebuah perusahaan mengumpulkan laporan penjualan dari berbagai wilayah dan mengolahnya menjadi insight pasar yang lebih luas.
- Tim pengembang produk membuat prototipe berdasarkan kombinasi berbagai penelitian dan laporan teknis.
d. Internalization (Explicit to Tacit) – “Menerapkan Pengetahuan”
Tahap ini mengubah pengetahuan eksplisit menjadi tacit melalui pengalaman langsung, latihan, atau eksperimen.
- Metode utama: Pelatihan berbasis praktik, simulasi, penerapan teori dalam pekerjaan.
- Contoh:
- Seorang trainee membaca panduan teknis tentang perawatan mesin, lalu menerapkannya secara langsung dalam praktik kerja hingga menjadi keahliannya.
- Seorang manajer mempelajari teori kepemimpinan dari buku dan menerapkannya dalam pengelolaan tim, sehingga akhirnya menjadi bagian dari gaya kepemimpinannya.

3. Spiral Pengetahuan dan Dinamika Organisasi
Knowledge Management ~ Imtiyaz Learnings | Dalkir menekankan bahwa model SECI bersifat dinamis, di mana setiap siklus menghasilkan peningkatan pengetahuan baru yang lebih kompleks. Spiral SECI ini bergerak dari individu ke kelompok, lalu ke organisasi, dan bahkan ke tingkat industri atau masyarakat.
Dalam konteks organisasi, model SECI membantu menciptakan budaya berbagi pengetahuan, inovasi, dan continuous learning. Perusahaan yang berhasil mengadopsi siklus ini biasanya lebih inovatif dan adaptif terhadap perubahan.
4. Implementasi Model SECI dalam Organisasi
Menurut Dalkir, organisasi dapat menerapkan model SECI dengan strategi berikut:
- Mendorong Socialization: Membangun lingkungan kerja yang mendukung kolaborasi, mentoring, dan interaksi informal.
- Memfasilitasi Externalization: Menggunakan teknologi seperti wiki, blog perusahaan, dan sistem dokumentasi untuk mengonversi pengetahuan tacit menjadi eksplisit.
- Memperkuat Combination: Memanfaatkan teknologi big data, knowledge repositories, dan artificial intelligence (AI) untuk mengolah dan mengelola pengetahuan eksplisit.
- Memastikan Internalization: Menerapkan pelatihan berbasis pengalaman, gamifikasi, dan program pengembangan keterampilan untuk memastikan pengetahuan yang terdokumentasi benar-benar digunakan dan menjadi tacit knowledge karyawan.
5. Perbandingan dengan Model Knowledge Management Lainnya
Model SECI berbeda dari model KM lain karena menekankan proses dinamis penciptaan pengetahuan, sedangkan banyak model lain hanya fokus pada penyimpanan dan distribusi pengetahuan.
Model KM | Fokus Utama | Kelebihan Model SECI |
---|---|---|
SECI Nonaka-Takeuchi | Konversi dan penciptaan pengetahuan secara spiral | Menyediakan pendekatan dinamis berbasis interaksi manusia |
DIKW Pyramid (Data-Information-Knowledge-Wisdom) | Hirarki data ke kebijaksanaan | Kurang menangkap aspek sosial dan proses penciptaan pengetahuan |
KM Life Cycle | Siklus hidup pengetahuan dari akuisisi hingga penghapusan | Tidak menyoroti interaksi antar individu dan kelompok |
Wiig KM Model | Penyimpanan dan transfer pengetahuan | Tidak secara eksplisit membahas bagaimana pengetahuan baru diciptakan |
Model SECI Nonaka dan Takeuchi, seperti yang dijelaskan oleh Kimiz Dalkir dalam Knowledge Management in Theory and Practice, adalah kerangka kerja fundamental dalam manajemen pengetahuan yang menyoroti bagaimana pengetahuan diciptakan, dikonversi, dan digunakan dalam organisasi. Dengan memahami proses Socialization, Externalization, Combination, dan Internalization, organisasi dapat membangun ekosistem pengetahuan yang berkelanjutan untuk mendorong inovasi dan daya saing.
Model ini tidak hanya relevan untuk perusahaan besar tetapi juga untuk startup, institusi pendidikan, dan organisasi non-profit yang ingin mengelola dan mengoptimalkan pengetahuan mereka secara efektif.

SINERGI DAN KOLABORASI KONSEP KNOWLEDGE MANAGEMENT AL GHAZALI DAN MODEL SECI
Knowledge Management ~ Imtiyaz Learnings | Konsep empat tingkatan penguasaan ilmu dari Imam Al-Ghazali dan Model SECI (Socialization, Externalization, Combination, Internalization) dari Nonaka dan Takeuchi sama-sama membahas bagaimana seseorang memperoleh, memahami, dan mengaplikasikan ilmu. Namun, keduanya memiliki pendekatan berbeda:
- Imam Al-Ghazali melihat ilmu dari perspektif individu dan spiritual, menekankan kesadaran diri dan bagaimana seseorang memahami serta mempraktikkan ilmu dalam kehidupannya.
- Nonaka dan Takeuchi melihat ilmu dari perspektif organisasi dan bisnis, dengan fokus pada bagaimana pengetahuan diubah dan disebarkan dalam suatu sistem manajemen.
Jika kedua konsep ini disinergikan, kita dapat membentuk pendekatan Knowledge Management yang lebih baik, updated, dan integrated, dengan menggabungkan aspek spiritual, individu, dan organisasi dalam proses pembelajaran dan penyebaran ilmu.
1. Kaitan Antara Konsep Empat Tingkatan Ilmu Al-Ghazali dengan Model SECI
Empat Tingkatan Ilmu (Al-Ghazali) | Model SECI (Nonaka & Takeuchi) | Kaitan dan Sinergi |
---|---|---|
1. Orang yang Tahu bahwa Dia Tahu (ʿĀlim Bī ʿIlmih) | Internalization (Internalisasi) | Seorang ʿālim telah menginternalisasi ilmu dan mengamalkannya dalam kehidupan. Dalam Model SECI, ini adalah tahap di mana seseorang sudah memahami ilmu secara mendalam dan mengubahnya menjadi kebijaksanaan (tacit knowledge). |
2. Orang yang Tahu bahwa Dia Tidak Tahu (Jāhil Bī Jahlih) | Socialization (Sosialisasi) | Orang ini menyadari keterbatasannya dan mencari ilmu dari interaksi dengan orang lain. Dalam Model SECI, tahap sosialisasi melibatkan pembelajaran melalui pengalaman langsung, mentoring, dan diskusi. |
3. Orang yang Tidak Tahu bahwa Dia Tahu (ʿĀlim Bī Jahlih) | Externalization (Eksternalisasi) | Orang ini memiliki ilmu tetapi belum menyadarinya. Dalam Model SECI, ini adalah tahap eksternalisasi, di mana pengetahuan tacit (tidak disadari) mulai diubah menjadi eksplisit, misalnya melalui diskusi atau refleksi. |
4. Orang yang Tidak Tahu bahwa Dia Tidak Tahu (Jāhil Bī ʿIlmih) | Combination (Kombinasi) | Orang ini tidak sadar akan ketidaktahuannya, sehingga perlu bimbingan agar bisa memahami dan menghubungkan ilmu dari berbagai sumber. Dalam Model SECI, tahap kombinasi adalah saat berbagai informasi dikumpulkan, dihubungkan, dan disusun menjadi pemahaman baru. |
Kesimpulan Sinergis 2 Konsep:
- Proses pembelajaran individu (Al-Ghazali) selaras dengan proses akuisisi dan transformasi pengetahuan dalam organisasi (SECI Model).
- SECI Model lebih berfokus pada organisasi, sedangkan konsep Al-Ghazali berfokus pada kesadaran diri dalam mencari dan mengamalkan ilmu.
- Jika digabungkan, maka proses Knowledge Management tidak hanya bersifat teknis (SECI) tetapi juga memiliki aspek kesadaran diri dan etika dalam ilmu (Al-Ghazali).
2. Kombinasi dan Sinergi: Membangun Knowledge Management yang Lebih Baik
Untuk membentuk Knowledge Management yang lebih baik, updated, dan integrated, kita bisa menggabungkan prinsip Al-Ghazali dan Model SECI dalam 4 langkah utama:
1. Kesadaran Ilmu (Spiritual & Sosialisasi)
- Mengajarkan bahwa ilmu bukan sekadar alat bisnis, tetapi juga tanggung jawab moral dan sosial.
- Mengembangkan budaya belajar yang menekankan kesadaran diri (seperti dalam konsep jāhil bī jahlih dari Al-Ghazali) agar seseorang terdorong mencari ilmu.
- Sinergi dengan Model SECI: Membangun interaksi sosial di mana ilmu disebarkan melalui mentoring, diskusi, dan pengalaman langsung (Socialization).
2. Transformasi Ilmu (Eksternalisasi & Refleksi)
- Mengajarkan bahwa ilmu yang dimiliki harus disebarkan dengan cara yang benar (menghindari ālim bī jahlih, yaitu tahu ilmu tapi tidak sadar akan potensinya).
- Mendorong individu untuk menuliskan atau mengomunikasikan ilmunya agar bisa dipahami orang lain.
- Sinergi dengan Model SECI: Mengubah ilmu tacit menjadi eksplisit melalui tulisan, ceramah, atau diskusi (Externalization).
3. Integrasi dan Pemanfaatan Ilmu (Kombinasi & Aplikasi)
- Menghindari jebakan orang yang jāhil bī ‘ilmih (tidak tahu bahwa dirinya bodoh).
- Menyusun dan mengintegrasikan berbagai sumber ilmu agar lebih terstruktur dan mudah diterapkan.
- Sinergi dengan Model SECI: Menghubungkan berbagai informasi dari individu dan organisasi menjadi sistem pengetahuan yang lebih luas (Combination).
4. Internalisasi dan Pengamalan Ilmu (Internalisasi & Leadership)
- Mendorong agar ilmu tidak hanya sekadar dipelajari tetapi juga diterapkan dalam kehidupan nyata.
- Ilmu yang dipraktikkan dengan benar akan meningkatkan kualitas diri dan organisasi.
- Sinergi dengan Model SECI: Menginternalisasi ilmu dengan menjadikannya bagian dari budaya dan kebiasaan dalam organisasi (Internalization).
3. Hasil dari Integrasi Model Al-Ghazali dan SECI dalam Knowledge Management
- Membentuk individu yang memiliki kesadaran ilmu, bukan sekadar transfer pengetahuan.
- Meningkatkan efektivitas pembelajaran dalam organisasi dengan menggabungkan pendekatan spiritual dan teknis.
- Menjadikan Knowledge Management bukan sekadar sistem informasi, tetapi bagian dari budaya organisasi yang berorientasi pada kebijaksanaan dan kebaikan.

Contoh Implementasi dalam Dunia Bisnis dan Pendidikan
Bidang | Penerapan Sinergi Al-Ghazali & SECI |
---|---|
Bisnis & Organisasi | Menerapkan mentoring berbasis etika, di mana para senior membimbing junior tidak hanya dalam keterampilan teknis, tetapi juga dalam tanggung jawab moral dan sosial. |
Pendidikan | Sistem pembelajaran yang menekankan refleksi dan praktik ilmu, bukan sekadar menghafal teori. |
Kepemimpinan | Pemimpin tidak hanya harus berpengetahuan luas, tetapi juga memiliki kesadaran akan keterbatasannya dan terus belajar. |
Menuju Knowledge Management yang Lebih Holistik
Knowledge Management ~ Imtiyaz Learnings | Menggabungkan konsep empat tingkatan ilmu dari Imam Al-Ghazali dengan Model SECI dari Nonaka & Takeuchi akan menghasilkan pendekatan Knowledge Management yang lebih holistik.
- Model SECI berfokus pada proses akuisisi dan penyebaran ilmu dalam organisasi.
- Konsep Al-Ghazali berfokus pada kesadaran individu dalam memahami dan mengamalkan ilmu dengan bijak.
- Sinergi kedua konsep ini menghasilkan Knowledge Management yang tidak hanya efektif tetapi juga etis dan bermakna.
Dengan pendekatan ini, Knowledge Management tidak hanya menjadi alat bisnis, tetapi juga menjadi jalan untuk membentuk individu dan organisasi yang lebih cerdas, bijaksana, dan bertanggung jawab.

RELEVANSI SINERGI KONSEP AL GHAZALI DAN MODEL SECI DALAM DUNIA VUCA DAN DIGITALIZED
Knowledge Management ~ Imtiyaz Learnings | Menggabungkan konsep empat tingkatan ilmu dari Imam Al-Ghazali dengan Model SECI dari Nonaka & Takeuchi akan menghasilkan pendekatan Knowledge Management yang lebih holistik dan relevan dengan dunia bisnis modern yang menghadapi tantangan VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) serta transformasi digital.
Mengapa Pendekatan Ini Relevan di Dunia Bisnis Terkini?
- VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity)
- Bisnis saat ini bergerak dalam lingkungan yang cepat berubah dan tidak pasti.
- Dibutuhkan pendekatan Knowledge Management yang tidak hanya dinamis dan fleksibel (SECI Model) tetapi juga berbasis kebijaksanaan dan etika (Al-Ghazali).
- Transformasi Digital & AI
- Data dan informasi melimpah, tetapi tidak semua informasi bernilai.
- Dibutuhkan kemampuan memilah dan memahami informasi secara bijak, bukan hanya mengaksesnya.
- SECI Model membantu dalam siklus berbagi dan transformasi pengetahuan.
- Tingkatan ilmu Al-Ghazali membantu individu dan organisasi memilah pengetahuan yang relevan dan bermakna.
- Human-Centric Leadership & Decision-Making
- Keputusan bisnis tidak bisa hanya berbasis data dan AI, tetapi juga intuisi, pengalaman, dan etika.
- Al-Ghazali menekankan bahwa ilmu harus diamalkan dengan kebijaksanaan dan kesadaran diri.
- SECI Model membantu mengubah ilmu tersembunyi (tacit) menjadi eksplisit, sehingga pemimpin dapat membuat keputusan yang lebih tepat.

Manfaat Integrasi Konsep Al-Ghazali & SECI dalam Dunia Bisnis Terkini
1. Meningkatkan Adaptasi dan Ketahanan dalam Situasi VUCA
- Al-Ghazali: Memberikan framework untuk menyadari tingkat penguasaan ilmu, sehingga pemimpin lebih reflektif dalam menghadapi perubahan.
- SECI Model: Memastikan ilmu terus berkembang melalui siklus Socialization, Externalization, Combination, Internalization.
- Hasil: Organisasi yang lebih agile, dengan pemimpin yang memiliki kesadaran akan ketidaktahuan mereka (Jāhil Bī Jahlih) sehingga selalu belajar dan beradaptasi.
2. Mencegah “Information Overload” dalam Era Digital
- Al-Ghazali: Mengajarkan bahwa tidak semua ilmu itu bermanfaat—ilmu harus diinternalisasi dan diamalkan.
- SECI Model: Membantu organisasi memilah dan menyusun informasi menjadi pengetahuan yang actionable.
- Hasil: Bisnis dapat memanfaatkan big data dan AI secara efektif, tanpa terjebak dalam lautan informasi yang tidak berguna.
3. Membangun Budaya Knowledge Sharing yang Berbasis Etika dan Makna
- Al-Ghazali: Ilmu bukan hanya tentang mengumpulkan pengetahuan, tetapi juga tentang bagaimana ilmu itu disebarkan dengan tanggung jawab.
- SECI Model: Menyediakan framework berbagi ilmu melalui mentoring, diskusi, dokumentasi, dan praktik langsung.
- Hasil: Organisasi tidak hanya memiliki sistem knowledge management yang efisien, tetapi juga membangun budaya saling berbagi dengan integritas.
4. Mengembangkan Leadership yang Berbasis Ilmu dan Kebijaksanaan
- Al-Ghazali: Pemimpin harus tahu apakah mereka benar-benar memahami sesuatu atau hanya merasa tahu.
- SECI Model: Mengajarkan bahwa ilmu yang terinternalisasi menjadi bagian dari keputusan dan kepemimpinan.
- Hasil: Pemimpin yang lebih bijaksana, mengandalkan kombinasi data, pengalaman, dan intuisi dalam pengambilan keputusan.
5. Menjadikan Knowledge Management sebagai Competitive Advantage
- Al-Ghazali: Ilmu yang tidak diamalkan tidak memiliki manfaat—bisnis harus bisa mengubah ilmu menjadi aksi nyata.
- SECI Model: Membantu bisnis untuk tidak hanya mengumpulkan ilmu, tetapi juga mengubahnya menjadi inovasi dan keunggulan kompetitif.
- Hasil: Organisasi lebih inovatif dan berkelanjutan karena ilmu terus berkembang dan diterapkan secara efektif.
Knowledge Management yang Lebih Holistik & Relevan
Knowledge Management ~ Imtiyaz Learnings | Dengan menggabungkan Al-Ghazali (kesadaran & kebijaksanaan) dan SECI Model (transformasi & berbagi ilmu), bisnis dapat memiliki Knowledge Management yang lebih holistik, relevan dalam situasi VUCA dan era digital, serta menghasilkan organisasi yang lebih agile, inovatif, dan beretika.

Pendekatan ini akan:
- ✅ Mengurangi kebingungan di tengah banjir informasi
- ✅ Membantu pemimpin membuat keputusan berbasis ilmu dan kebijaksanaan
- ✅ Membentuk budaya berbagi ilmu yang lebih etis dan berkelanjutan
- ✅ Menjadikan Knowledge Management sebagai competitive advantage bagi bisnis di era digital
Walloohu a’lam bis showaab, Semoga bermanfaat bagi semua.
—0—
Smart Collabor Action 4.0
Deskripsi
Bagaimana seorang karyawan mampu mengendalikan diri dalam hal motivasi, pekerjaan, pengembangan diri, dan manajemen waktu. Ia juga harus menjadi individu yang komunikatif dan kolaboratif. Ia harus mampu mengartikulasikan pandangan dan gagasannya dengan jelas, serta melaksanakannya secara profesional dan efektif, bahkan melebihi ekspektasi. Ia pun tidak lupa terus meng-upgrade dirinya dengan teknologi digital terkini.
Manfaat
Membekali Skill Dasar dalam menjadi profesional di departemennya masing-masing.
Keunggulan
Inspiratif, Menggugah kesadaran diri, memberikan motivasi kuat untuk menjadi profesional di bidangnya masing-masing.
Skill
- Self Motivation
- Self Management
- Self Learning Agility
- Synergy & Collaboration
- Highly Communicative
- Building Trust to Others
- Time & Task Management
- Managing Priority
Target Peserta
Staff, Officer, Individual Contributor Level
Materi Training
- Mengenal motivasi diri dengan 3 Meta Program Motivasi.
- Menyelaraskan Goals kepentingan pribadi dengan tujuan perusahaan dengan SMART.
- Mendefinisikan dan chunking down tujuan karir dan kehidupan.
- Melejitkan motivasi diri dengan Self Hypnosis.
- Membangun hubungan interpersonal dalam berkomunikasi dan berkolaborasi.
- Melakukan Self Task Diagnosis untuk memahami posisi kompetensi diri dalam mengerjakan tugas.
- Mengelola waktu dengan akurat, prioritatif, dan proporsional.
- Mengelola tugas dengan cerdas dan efektif.
- Memaksimalkan perjalanan karir dalam kurva pembelajaran karir.
Durasi
2 Hari
Metode
- Participative Learning;
- Group Discussion;
- Interactive Presentation;
- Case Study;
- Impactful Role Play;
- Simulation;
- Group Presentation.
Hubungi kami untuk mendapatkan penawaran dari program unggulan Imtiyaz Learnings. SALES TRAINING 4.0 adalah program unggulan kami untuk membantu para pimpinan sales mencapai target penjualan perusahaan. Metode pembelajaran yang dijalankan merupakan kolabolasi dari pengalaman tim trainer di dunia sales dengan memanfaatkan kemajuan teknologi terkini.
Address:
H. Nawi Raya No. 191, Gandaria Utara
Kota Jakarta Selatan 12140, Jakarta
Lihat Google Maps –>> klik disini
Phone / Whatsapp :
0852 8350 0976 (DINI) –>> klik disini
0812 9581 2288 (DEWA) –>> klik disini
0878 8550 6969 (HAMDI) –>> klik disini
Email:
dini.mufidah@imtiyazlearnings.com
dewa@imtiyazlearnings.com
hamdi@imtiyazlearnings.com
Socmed:
LinkedIn : imtiyazlearningconsulting –>> klik disini
Instagram : imtiyazlearnings –>> klik disini