Tegaskan Hati Naikkan Produktivitas Diri – Alkisah di pedalaman Kalimantan berdirilah sebuah perguruan yang dipimpin oleh seorang Sunan yang terkenal akan kedigdayaan ilmu kanuragannya. Namun, di balik kemasyhuran dan kesaktiannya, Sunan ini dikenal sebagai seorang pribadi yang tegas tanpa pandang bulu.
Suatu hari ada seorang anak Adipati dari tanah Jawa, yang dikirimkan oleh orang tuanya, untuk dididik di perguruan itu. Anak itu bernama Panji Wisesa.
Singkat cerita, setelah melewati puluhan bukit dan pegunungan tibalah ia di tempat itu. Namun, anehnya tidak seperti bayangannya. Perguruan itu tidak sebagaimana perguruan di tanah Jawa, yang memiliki pondok-pondok kelas tempat belajar. Namun, semuanya serba alami. Ia harus belajar di bawah rindangnya pohon dan kelamnya gua. Ia makan dari hasil berburu dan buah-buahan yang tumbuh di hutan. Tidur pun berselimutkan daun pisang, berkasurkan jerami, dalam naungan lubang-lubang gua.
Kontan Panji, anak adipati itu, mengeluhkan kondisi perguruan tersebut. Dan beranjak meninggalkan perguruan itu. Menurutnya perguruan ini tidak layak menjadi tempat belajarnya. Namun, kepergiannya dicegah oleh seorang pengawal seniornya, âWahai kanjeng Panji Wisesa, apakah menurut Kanjeng sebaiknya kita bertemu dahulu dengan Sunan yang mengepalai Perguruan ini. Siapa tahu ada kebijakan lain untuk Kanjeng Pangeran?â. âBaiklah, tidak ada salahnya juga Aku datang menghadap, siapa tahu Aku bisa mengkritik Sunan itu habis-habisan tentang ketidaklayakan tempat ini.â Jawab Panji.
Baca juga: Leadership Training
Lalu, Panji beranjak pergi menuju pendopo Sang Sunan di Puncak Gunung. Selagi ia berjalan menuju kediaman Sang Sunan, ia melewati beberapa lokasi pelatihan, terkejut ia melihat ada beberapa anak Panglima dan Putra Mahkota Raja Jawa yang berlatih di perguruan itu. âWahai Sanjaya, Kusuma, apa yang kamu lakukan disini? Pantas beberapa Purnama sudah Aku tak pernah melihat kalian di Kadipaten dan Istana, ternyata kalian disiniâ, seru Panji.
âPanji sahabatku, ternyata engkau dikirim ke perguruan ini juga, mau kemana engkau?â Tanya Kusuma, Sang Putra Mahkota. âAku ingin menghadap Sunan, Aku ingin memberi masukan betapa tidak layaknya tempat ini.â, jawab Panji dengan nada sombong. âPanji, tak perlulah engkau menghadap Sunan, karena kami pun dulu pernah bertanya tentang hal yang sama, namun tetap tak digubris olehnya. Lagipula, Kami adalah anak Panglima dan anak Raja, kami pun tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi engkau. Tak ada yang salah dengan metode pendidikan ini, Kami sekarang semakin menjadi pribadi yang mandiri, kuat, tegar, lebih arif, dan lebih bijaksana dalam menyikapi berbagai hal.â Jelas Sanjaya.
âAku bahkan pernah dihukum membawa 100 ember air dari mata air di bawah sini menuju tempat kediaman Sunan, namun ternyata hukuman itu semakin memperkuat fisikku dan juga salah satu cara mempersiapkan diriku sebelum mendalami ilmu beladiri khusus yang dimiliki Sang Sunanâ, Jelas Kusuma.
âDiawal kami berguru padanya, seringkali Kami ditegur dan dimarahi akan tindak tanduk Kami yang kurang pantas ketika menimba ilmu disini, tapi setelah proses teguran itu terjadi Sang Sunan kembali baik kepada kami, tanpa mengistimewakan kami dengan murid-murid lainnya,â tambah Sanjaya.
Baca juga: Managerial Training
âBaiklah Sahabat, mendengar ini dari kalian, sehingga banyak merubah cara pandangku akan perguruan ini. Aku akan Bersama-sama belajar dengan kalian,â Jawab Panji dengan penuh semangat.
 Begitupula dengan dunia manajemen, terkadang apa yang sepintas terlihat belum tentu itu yang sebenarnya terjadi. Sebagaimana kata pepatah Inggris, âDonât Judge The Book by Itâs Cover!â Jangan menilai buku dari sampulnya.
Sama halnya dengan konsep terakhir dari One Minute Manager, yaitu Teguran Satu Menit. sesuai dengan terjemahannya manajer satu menit, merupakan suatu konsep yang sederhana dan praktis dalam mempraktekkan peran manajerial seorang Pemimpin Tim atau Manager. Adapun peran manajer satu menit terkait dengan hubungan interpersonal antara pemimpin tim dan anggota timnya.