Sales Training ~ Imtiyaz Learnings | Di sebuah hutan yang ramai, hiduplah seekor burung kolibri kecil. Hampir semua hewan menganggapnya lemah karena tubuhnya mungil dan paruhnya terlalu tipis untuk menggali makanan di tanah atau merobek buah besar. Namun, kolibri punya keunggulan yang tak dimiliki hewan lain: sayapnya yang gesit dan kemampuannya terbang cepat dari bunga ke bunga. Saat musim kemarau panjang datang, banyak hewan kesulitan mencari makan. Sang kolibri justru bisa menemukan sumber nektar tersembunyi yang tidak diketahui makhluk lain. Ia pun bertahan, bahkan membantu lebah dan kupu-kupu menemukan bunga baru. Kolibri kecil ini menyadari bahwa bukan ukuran atau kekuatan yang menentukan masa depan, melainkan kemampuan memanfaatkan kelebihan unik yang dimiliki.
Kisah kolibri ini sangat mirip dengan dunia karier hari ini. Di tengah perubahan teknologi, muncul profesi baru sekaligus hilangnya banyak pekerjaan lama. Namun, ada satu peran yang tetap relevan dan justru semakin penting: sales. Seperti kolibri yang lincah, seorang sales modern harus bisa bergerak cepat, menemukan peluang tersembunyi, dan menjalin hubungan yang tidak bisa digantikan mesin atau algoritma. Dunia mungkin berubah drastis, tetapi kebutuhan akan kepercayaan, komunikasi, dan koneksi manusia tetap abadi. Inilah mengapa karier sales menjadi jalur “survival” sekaligus “growth” di era disrupsi.
Bayangkan jika Anda adalah bagian dari Gen Z—generasi yang tumbuh dengan internet, media sosial, dan informasi instan. Anda sudah punya keunggulan alami layaknya kolibri dengan sayap gesitnya. Pertanyaannya, apakah Anda akan membiarkan potensi itu berlalu begitu saja, atau menjadikannya mesin penggerak untuk membangun karier yang lebih cepat, lebih dinamis, dan lebih bernilai? Sales bukan sekadar “menjual produk”, melainkan seni bertahan hidup, seni membangun masa depan, dan seni mengubah peluang menjadi pencapaian. Dan persis seperti kolibri yang kecil tapi berdampak besar, Anda pun bisa menjadikan sales sebagai “power career” yang membuka jalan menuju masa depan yang Anda inginkan.

Bab 1 – Why Sales is the Gen Z Power Career
(Kenapa Sales Adalah Karier Power untuk Gen Z)
1.1 Tren Pasar & Peluang Karier di Sales untuk Gen Z
Di tengah arus besar perubahan teknologi, disrupsi digital, dan percepatan pasar global, karier di bidang sales bukan hanya bertahan—tapi justru tumbuh menjadi salah satu jalur karier paling strategis.
Data dari berbagai riset global menunjukkan bahwa kebutuhan tenaga penjualan terus meningkat, bahkan di industri yang mengalami disrupsi paling keras. Mengapa? Karena tidak ada teknologi, AI, atau algoritma yang bisa sepenuhnya menggantikan kemampuan manusia untuk membangun hubungan, memahami emosi, dan menciptakan kepercayaan.
Bagi Gen Z—generasi yang lahir di tengah ledakan internet, media sosial, dan budaya instant gratification—sales membuka pintu ke berbagai peluang unik:
- Karier dengan Jalur Cepat ke Level Tinggi
Sales memiliki metrik yang jelas: target, pencapaian, hasil. Gen Z yang ambisius bisa membuktikan kemampuan dengan performa, bukan sekadar senioritas. Dalam waktu singkat, performa yang konsisten bisa membawa seseorang dari entry-level menjadi sales leader, key account manager, bahkan business development director. - Penghasilan yang Bisa Melejit
Tidak seperti banyak profesi lain yang gajinya stagnan, sales menawarkan skema base salary + commission + bonus. Dengan performa tinggi, potensi penghasilan bisa melampaui profesi lain di usia yang sama. - Transferable Skills yang Bernilai Sepanjang Karier
Kemampuan negosiasi, membangun relasi, memahami perilaku pelanggan, dan menutup kesepakatan adalah skill yang bisa dibawa ke bidang manapun—termasuk entrepreneurship, marketing, atau manajemen. - Akses ke Industri Berbeda
Skill sales tidak terbatas pada satu sektor. Gen Z bisa masuk ke FMCG, teknologi, otomotif, e-commerce, SaaS, hingga industri kreatif—semua membutuhkan penjualan.
đź’ˇ Insight untuk Gen Z:
Di era digital, sales tech stack seperti CRM berbasis AI, sales enablement tools, dan social selling platforms membuka peluang bagi Gen Z untuk bermain di arena yang sesuai gaya kerja mereka: cepat, visual, dan terkoneksi global.
Â
Â
1.2 Sales sebagai Skill “Anti-Krisis”
Dunia kerja saat ini berada di bawah bayang-bayang VUCA:
- Volatility – Perubahan cepat yang sulit diprediksi.
- Uncertainty – Ketidakpastian akibat disrupsi pasar & teknologi.
- Complexity – Banyak faktor saling terkait yang mempengaruhi bisnis.
- Ambiguity – Tidak ada jawaban tunggal untuk tantangan bisnis.
Dalam kondisi seperti ini, banyak profesi terancam oleh otomatisasi, AI, dan efisiensi biaya. Namun, sales tetap menjadi salah satu skill yang paling tahan banting—bahkan menjadi penentu hidup-mati sebuah bisnis.
Kenapa disebut “anti-krisis”?
- Selalu Dibutuhkan dalam Setiap Industri
Saat ekonomi lesu, perusahaan justru memperkuat tim sales untuk menggenjot pemasukan. Tidak ada perusahaan yang bisa bertahan tanpa pendapatan. - Fleksibilitas Tinggi
Skill sales bisa diaplikasikan lintas industri. Jika satu sektor terdampak krisis, sales profesional bisa berpindah ke sektor lain tanpa kehilangan relevansi. - Adaptif Terhadap Teknologi
Sales yang sukses memanfaatkan digital tools: dari lead generation automation, sales forecasting AI, hingga data-driven negotiation. Skill ini membuat peran sales semakin strategis, bukan tergantikan. - Kemampuan Menggerakkan Ekonomi Mikro dan Makro
Dari UMKM hingga korporasi multinasional, tenaga penjualan adalah penggerak arus pendapatan. Di saat sektor lain melakukan cost cutting, tim sales yang solid bisa menjadi “mesin” penyelamat perusahaan.
đź’ˇ Reality Check untuk Gen Z:
Memiliki skill sales berarti Anda punya kendali langsung atas penghasilan dan masa depan karier. Anda tidak hanya menunggu kenaikan gaji tahunan—Anda menciptakan sendiri peluang finansial Anda.
Â
Â
1.3 Sales di Era Digital: Hybrid Human & Tech Power
Dulu, penjualan banyak bergantung pada cold calling, pertemuan tatap muka, dan pitch panjang. Kini, Gen Z punya keunggulan alami: digital fluency. Platform seperti LinkedIn, Instagram, TikTok, bahkan Discord menjadi arena baru untuk social selling.
Tren terkini yang memperkuat posisi sales di era digital:
- Social Selling – Menggunakan media sosial untuk membangun personal branding, membangun hubungan, dan memicu percakapan bisnis.
- Data-Driven Sales – Mengambil keputusan berdasarkan data pelanggan yang dianalisis secara real-time.
- AI-Powered Prospecting – Menggunakan AI untuk menemukan, memfilter, dan memprioritaskan prospek yang paling potensial.
- Omnichannel Engagement – Menggabungkan tatap muka, telepon, email, chat, dan video call untuk menciptakan pengalaman pelanggan yang konsisten.
đź’ˇ Mindset Gen Z yang Menang:
Gunakan kekuatan teknologi bukan untuk menggantikan interaksi manusia, tetapi untuk memperkuat koneksi. AI bisa memberi data, tapi hanya manusia yang bisa memberi trust dan empathy.
1.4 Pesan Penutup: Sales Adalah Karier Masa Depan Gen Z
Jika Anda adalah Gen Z yang mencari karier dengan:
âś… Potensi penghasilan tinggi
âś… Jalan cepat ke level kepemimpinan
âś… Skill yang relevan lintas industri
âś… Perlindungan dari krisis ekonomi
âś… Koneksi langsung dengan teknologi mutakhir
…maka sales adalah “power career” yang tepat.
Sales bukan sekadar “menjual produk”. Sales adalah profesi strategis yang menggabungkan seni komunikasi, sains perilaku, dan kekuatan teknologi.
Di dunia VUCA, sales bukan hanya pekerjaan—ini adalah senjata survival. Dan bagi Gen Z yang berani memegangnya, masa depan ada di tangan Anda.

Â
Â
Bab 2 – Growth Mindset dalam Penjualan
(Mentalitas Tumbuh yang Mengubah Cara Anda Menjual)
2.1 Fixed vs Growth Mindset
Banyak orang mengira bahwa kemampuan menjual adalah “bakat alami” — anugerah yang hanya dimiliki sebagian orang. Mereka percaya ada yang “terlahir” sebagai penjual ulung, dan ada yang tidak.
Pandangan ini adalah contoh klasik dari fixed mindset: keyakinan bahwa kemampuan dan potensi seseorang bersifat statis, tak banyak berubah sepanjang hidup.
Sebaliknya, growth mindset meyakini bahwa keterampilan, kecerdasan, dan performa bisa dikembangkan melalui latihan, pembelajaran, dan pengalaman. Konsep ini dipopulerkan oleh Dr. Carol Dweck, dan menjadi salah satu pondasi penting bagi para profesional yang ingin terus berkembang di tengah dunia kerja yang cepat berubah.
Dalam konteks penjualan modern, perbedaan antara keduanya bisa dilihat jelas:
Fixed Mindset | Growth Mindset |
“Saya memang tidak pandai menutup penjualan.” | “Saya belum menguasai teknik closing, tapi saya bisa belajar dan berlatih.” |
Menghindari tantangan baru karena takut gagal. | Mencari tantangan untuk menguji dan mengasah kemampuan. |
Fokus pada kelemahan dan membandingkan diri dengan orang lain. | Fokus pada kemajuan diri dan belajar dari orang lain. |
Melihat penolakan sebagai bukti ketidakmampuan. | Melihat penolakan sebagai umpan balik untuk perbaikan strategi. |
đź’ˇ Insight untuk Gen Z Sales Professional:
Gen Z adalah generasi yang tumbuh dengan teknologi, akses informasi instan, dan budaya kolaborasi. Ini memberi modal besar untuk growth mindset—tetapi hanya jika mau meninggalkan mentalitas “instant result” dan menggantinya dengan mentalitas “continuous improvement”.
Di era digital dan VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity), growth mindset bukan sekadar keunggulan—ini adalah syarat untuk bertahan. Pasar berubah cepat, pelanggan punya ekspektasi tinggi, dan teknologi terus berkembang. Hanya mereka yang mau belajar ulang (relearn), melepas cara lama (unlearn), dan mencoba hal baru yang bisa tetap relevan.
Prinsip Growth Mindset untuk Sales di Era Digital:
- Belajar Sepanjang Hayat – Ikuti perkembangan tools seperti CRM berbasis AI, automation, dan social selling platform.
- Lihat Data sebagai Guru – Gunakan analytics untuk memahami perilaku prospek, lalu perbaiki pendekatan berdasarkan insight, bukan asumsi.
- Kuasai Keterampilan Lintas Kanal – Dari tatap muka, video call, email, hingga TikTok atau LinkedIn Live, semua kanal adalah peluang.
2.2 Resiliensi Menghadapi Penolakan
Jika ada satu hal yang pasti dalam dunia sales, itu adalah penolakan.
Tidak peduli seberapa bagus presentasi Anda, seberapa solid produk Anda, atau seberapa kuat personal branding Anda—Anda akan menghadapi “tidak” berkali-kali.
Perbedaannya terletak pada bagaimana Anda merespons.
Resiliensi = Kemampuan Bangkit Lebih Cepat
Resiliensi bukan berarti Anda kebal terhadap rasa kecewa. Resiliensi adalah kemampuan untuk bangkit kembali setelah kegagalan, belajar dari pengalaman tersebut, dan mencoba lagi dengan strategi yang lebih baik.
Bagi Gen Z, yang terbiasa dengan respons cepat di media sosial dan budaya serba instan, penolakan bisa terasa seperti pukulan besar. Namun, di dunia penjualan, penolakan adalah bagian dari proses, bukan akhir dari cerita.
Contoh mindset:
- Fixed Mindset: “Mereka menolak, berarti saya tidak cocok di sales.”
- Growth Mindset: “Mereka menolak karena saya belum menemukan cara atau value yang relevan bagi mereka. Saya akan mencoba pendekatan baru.”
Â
Â
Strategi Resiliensi di Era VUCA
- Normalisasi Penolakan – Jadikan “no” sebagai data, bukan drama. Catat alasan penolakan dan kategorikan (harga, timing, fit produk, dll.).
- Reframe Kegagalan – Ganti kata “gagal” dengan “belum berhasil”. Ini menggeser fokus dari perasaan personal ke proses pembelajaran.
- Gunakan Feedback Loop Cepat – Setelah meeting atau call, evaluasi dalam waktu 10 menit apa yang bisa diperbaiki untuk interaksi berikutnya.
- Bangun Support System – Gabung dengan komunitas sales, peer learning group, atau mentoring circle. Dukungan kolega membantu menjaga motivasi.
- Gunakan Teknologi untuk Mempercepat Recovery – Automation tools bisa membantu mengisi pipeline baru dengan prospek yang lebih potensial setelah kehilangan deal.
đź’ˇ Catatan untuk Gen Z:
Resiliensi bukan berarti “kerja keras membabi buta” setelah ditolak. Resiliensi berarti kerja cerdas—menganalisis, menyesuaikan strategi, dan memanfaatkan teknologi untuk meminimalkan kesalahan yang sama.
2.3 Mengintegrasikan Growth Mindset dan Resiliensi dalam Praktik Sehari-hari
Menjadi sales profesional Gen Z yang sukses di era digital bukan hanya soal menguasai teknik closing atau memiliki database besar. Itu tentang bagaimana Anda mengelola pikiran dan respons Anda setiap hari.
Tips praktis:
- Mulai Hari dengan Intensi Belajar – Sebelum memulai prospekting, baca 1 artikel industri atau tonton 1 video skill sales.
- Tutup Hari dengan Refleksi Singkat – Catat 3 hal yang Anda pelajari dari interaksi hari ini, termasuk kegagalan.
- Rayakan Progres, Bukan Hanya Hasil – Apresiasi usaha harian seperti jumlah meeting terjadwal atau jumlah prospek baru, bukan hanya revenue.
- Berkolaborasi dengan AI, Bukan Menggantinya – Gunakan AI untuk riset prospek, membuat skrip awal, atau menganalisis tren, tetapi tetap gunakan intuisi manusia untuk membangun hubungan.
Â
Â
2.4 Pesan Penutup: Growth Mindset adalah Mesin Penggerak Karier Sales Gen Z
Dunia penjualan adalah medan yang dinamis. Hari ini Anda bisa menutup deal besar, besok bisa kehilangan klien strategis. Di tengah naik-turun ini, growth mindset dan resiliensi adalah dua pilar utama.
Bagi Gen Z, kabar baiknya adalah:
- Anda lahir di era teknologi yang memberi akses belajar tanpa batas.
- Anda punya keunggulan adaptasi cepat terhadap tren baru.
- Anda bisa menggabungkan kekuatan data dan empati untuk menciptakan penjualan yang autentik.
Tantangannya? Membuang mentalitas instan dan membangun daya tahan jangka panjang.
Ingat:
Sales bukan tentang seberapa jarang Anda jatuh, tapi seberapa cepat dan cerdas Anda bangkit.
Dengan growth mindset dan resiliensi, setiap “no” hanyalah batu loncatan menuju “yes” berikutnya.
——-0——–
PENULIS
Doddy Ariesta Afriyana, SE, C.HRM, C.Trainer, C.SLII, C.SoT, C.NLP, C.PI Analyst
Doddy is a sales practitioner, human resources practitioner, and businessman, as well as a training master for Salesmanship, Sales management, and Sales Leadership training at Imtiyaz Learning & Consulting, who has 6 certifications ranging from sales, soft skills, leadership, training, personality profiling, and human resources from reputable national and international institutions.
Doddy has worked in a variety of industries for over 22 years, including the restaurant industry, software and application development, FMCG, Oil and Gas, Pharmacy, Direct Selling, MLM, Automotive, SME, and Start-Up. Extensive and in-depth experience in local, national, and multinational corporations within the scope of his position roles on a local, national, and global scale.
He began his career as a marketing executive at a Software & Application Development company, as well as a Head of Professor Assistant Corps at FEB UI, after graduating from the Faculty of Economics & Business University of Indonesia (FEB UI). His career progressed until he was trusted to become Head of Area, Assistant Manager, Manager, and General Manager in various national and multinational companies. His previous position before deciding to start a learning consulting firm was General Manager Learning & Development at Renault Indonesia and GM HRD & Business Development at start up Blimobil Indonesia.
–0–
Desain Smart & Impactful Sales Training Program
Judul Sales Training
Desain Smart & Impactful Sales Training Program
Deskripsi
Pelatihan ini dirancang untuk memberikan keterampilan, pengetahuan, dan kreativitas kepada tim HR generasi muda dalam merancang program pelatihan sales yang efektif, engaging, dan berdampak tinggi. Mengambil inspirasi dari Jafra Development Training Program (JDT) yang terkenal dengan kombinasi gamification, experiential learning, dan clear milestone, peserta akan belajar menyusun kurikulum, silabus, metode, serta strategi implementasi yang sesuai dengan karakter Gen Z dan kebutuhan penjualan modern. Juga, dari berbagai industri seperti Edukasi, FMCG, Farmasi, Otomotif, dan sharing dari industri lainnya.
Manfaat
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu:
- Memahami filosofi dan desain JDT serta relevansinya untuk generasi penjual baru.
- Menyusun kurikulum sales training berbasis milestone dan pengalaman.
- Mengintegrasikan gamification untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan peserta.
- Merancang kombinasi metode in-class training dan field coaching.
- Membuat rundown dan aktivitas pelatihan yang engaging bagi Gen Z sales team.
- Menyusun mekanisme evaluasi dan pengakuan (recognition) yang efektif.
Keunggulan
- 1.     Berbasis Studi Kasus Nyata → dari Industri FMCG, Farmasi, Skincare, dan Otomotif serta sharing di industri lainnya.
- 2.     Metode Hybrid → Menggabungkan teori, praktik, dan simulasi kreatif.
- 3.     Gen Z Friendly → Menggunakan media digital, storytelling, dan desain visual menarik.
- 4.     Gamified Learning → Leaderboard, challenge, badge, dan micro reward.
- 5.     Toolkit Lengkap → Template kurikulum, silabus, dan activity plan siap pakai.
Skill
- Instructional Design for Sales Training
- Gamification Strategy
- Experiential Learning Facilitation
- Sales KPI Integration in Training
- Creative Training Activities for Gen Z
- Coaching & Mentoring Skills
Target Peserta Sales TrainingÂ
- HR & Learning Specialist
- Sales Capability Development Officer
- Training & Development Executive
- Sales Trainer
- Recruitment & Onboarding Specialist
- Gen Z HR team yang ingin meningkatkan kompetensi desain pelatihan
Durasi
2 Hari
Metode Sales TrainingÂ
- Participative Learning;
- Gamification;
- Group Discussion;
- Interactive Presentation;
- Case Study;
- Impactful Role Play;
- Simulation;
- Group Presentation.
Hubungi kami untuk mendapatkan penawaran dari program unggulan Imtiyaz Learnings. SALES TRAINING 4.0 adalah program unggulan kami untuk membantu para pimpinan sales mencapai target penjualan perusahaan. Metode pembelajaran yang dijalankan merupakan kolabolasi dari pengalaman tim trainer di dunia sales dengan memanfaatkan kemajuan teknologi terkini.
Address:
H. Nawi Raya No. 191, Gandaria Utara
Kota Jakarta Selatan 12140, Jakarta
Lihat Google Maps –>> klik disini
Phone / Whatsapp :
0852 8350 0976 (DINI) –>> klik disini
0812 9581 2288 (DEWA) –>> klik disini
Email:
dini.mufidah@imtiyazlearnings.com
dewa@imtiyazlearnings.com
Socmed:
LinkedIn : imtiyazlearningconsulting –>> klik disini
Instagram : imtiyazlearnings –>> klik disini