Sales Training ~ Imtiyaz Learnings |Di sebuah hutan digital yang tak pernah tidur, hiduplah seekor burung kecil bernama Zeta. Sejak menetas, Zeta tumbuh di tengah pohon-pohon yang dipenuhi layar bercahaya, aliran data yang berkilauan seperti sungai, dan suara notifikasi yang menggema bagai kicauan burung lain. Tidak seperti burung-burung tua yang harus belajar terbang dengan hati-hati, Zeta sudah terbiasa menavigasi angin data, berpindah dari satu cabang aplikasi ke cabang lainnya tanpa takut jatuh. Bagi Zeta, dunia digital bukan sekadar alat bantu—melainkan habitat alami. Ia bisa mencari makanan, berkomunikasi, bahkan membangun sarangnya dengan lebih cepat dibanding generasi burung sebelumnya.
Namun, hutan ini bukanlah tempat yang mudah. Angin VUCA—Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity—sering kali bertiup kencang, menjungkirbalikkan cabang dan merontokkan daun. Burung-burung tua kebingungan menghadapi perubahan arah angin yang tiba-tiba. Tapi tidak dengan Zeta. Ia justru lincah beradaptasi, melompat dari ranting Instagram ke dahan TikTok, dari aliran LinkedIn ke semak-semak e-commerce. Ketika badai membuat jalur lama terputus, Zeta menemukan jalan baru. Adaptasi baginya bukan beban, melainkan naluri.
Di sisi lain hutan, ada seekor rubah muda bernama Arka yang pandai bercerita. Ia tahu bahwa untuk mendapatkan kepercayaan hewan-hewan lain, ia harus lebih dari sekadar menawarkan buah atau biji-bijian. Arka membangun reputasi dengan cerita—kisah autentik tentang perjalanan, kebersamaan, dan solusi cerdas. Hewan-hewan lain mulai melihatnya bukan sekadar penjual, tetapi pemimpin pikiran yang bisa dipercaya. Zeta dan Arka pun bersekutu: teknologi cepat dan kreativitas otentik. Bersama, mereka menjelajahi hutan bisnis, dari pasar B2B yang padat seperti lembah perusahaan besar, hingga B2C yang ramai layaknya padang rumput konsumen, bahkan jalur D2C yang sunyi namun penuh peluang. Fabel ini menggambarkan satu hal penting: Gen Z memiliki keunggulan strategis untuk menjadikan dunia penjualan bukan hanya tentang produk, tapi juga tentang hubungan, pengalaman, dan visi masa depan.

Â
Bab 3 – Gen Z Advantage
(Keunggulan Kompetitif Generasi Digital dalam Dunia Penjualan)
3.1 Kekuatan Digital Native
Generasi Z — mereka yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an — adalah generasi digital native pertama yang benar-benar utuh. Bagi Gen Z, teknologi bukan sekadar alat; ia adalah bahasa ibu. Anda tidak perlu “belajar” internet, Anda tumbuh bersama internet. Anda tidak sekadar “menggunakan” media sosial, Anda membentuk identitas di dalamnya.
1. Melek Teknologi Sejak Awal
Gen Z tidak melihat teknologi sebagai hal asing. Anda sudah terbiasa berpindah dari WhatsApp ke TikTok, dari Google Docs ke Zoom, tanpa perlu membaca manual.
Di dunia penjualan, kemampuan ini memberi keunggulan signifikan:
- Menguasai CRM berbasis cloud dan integrasi otomatis tanpa perlu pelatihan panjang.
- Memanfaatkan sales automation tools untuk menghemat waktu prospekting.
- Mengoptimalkan analitik data pelanggan untuk membuat pendekatan yang lebih personal.
đź’ˇ Contoh nyata:
Seorang sales Gen Z di industri SaaS dapat menggunakan LinkedIn Sales Navigator untuk menemukan prospek, lalu menghubungkannya dengan kampanye email otomatis melalui HubSpot, sambil memonitor engagement di real-time dashboard. Semua dilakukan secara intuitif.
2. Adaptasi Cepat di Era VUCA
Di tengah Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity, teknologi terus berubah. Bagi generasi yang sudah terbiasa melihat aplikasi naik daun dan hilang dalam semalam, kemampuan adaptasi ini adalah modal besar.
- Volatility: Saat tren pemasaran berubah, Gen Z cepat beralih dari Instagram ke TikTok untuk mencari prospek.
- Uncertainty: Di tengah krisis, Gen Z mampu memanfaatkan digital channel baru untuk tetap menjangkau pelanggan.
- Complexity: Gen Z tahu cara menggabungkan berbagai tool menjadi satu workflow efektif.
- Ambiguity: Gen Z berani bereksperimen dan mencoba platform baru sebelum pesaing menyadarinya.
Â
Â
3. Multitasking Digital
Bagi banyak generasi sebelumnya, multitasking digital bisa menguras energi. Bagi Gen Z, ini adalah zona nyaman. Menghadiri video call sambil memantau chat prospek dan mengupdate pipeline CRM bukan hal luar biasa, melainkan rutinitas.
Dalam dunia sales, kemampuan ini berarti:
- Respons cepat ke prospek yang menghubungi di berbagai kanal.
- Sinkronisasi data real-time untuk koordinasi tim penjualan.
- Mengelola banyak deal sekaligus tanpa kehilangan detail penting.
3.2 Kreativitas & Personal Branding
Teknologi memberi akses, tetapi kreativitaslah yang memberi pembedaan. Dan di sinilah Gen Z memiliki senjata pamungkas: kemampuan untuk membangun personal branding yang autentik dan menarik.
1. Kreativitas Sebagai Nilai Jual
Di era di mana pelanggan dibombardir ribuan iklan setiap hari, pendekatan standar sudah tidak cukup. Gen Z memahami bahwa penjualan hari ini bukan sekadar menjual produk, tetapi menghadirkan pengalaman.
- Menggunakan konten video pendek di TikTok untuk memperkenalkan solusi dengan storytelling.
- Mengubah presentasi sales menjadi interactive demo yang melibatkan audiens.
- Memanfaatkan meme marketing yang relevan dan lucu untuk membangun kedekatan.
đź’ˇ Insight untuk Gen Z Sales:
Kreativitas bukan soal membuat sesuatu yang viral sekali lalu hilang, tetapi membangun rangkaian pengalaman yang membuat prospek merasa terhubung dengan Anda.
2. Personal Branding: Dari Penjual Jadi Thought Leader
Personal branding adalah mata uang kepercayaan di era digital. Gen Z memiliki keunggulan dalam membangun citra online yang konsisten dan engaging:
- Konsistensi Konten: Mengunggah tips, insight, dan cerita pengalaman secara teratur di LinkedIn atau Instagram.
- Otentisitas: Berbicara dengan gaya yang jujur, tidak kaku, dan mudah didekati.
- Keterlibatan (Engagement): Menanggapi komentar, mengirim pesan personal, dan membangun percakapan, bukan hanya promosi.
Ketika prospek merasa mengenal Anda secara pribadi — bahkan sebelum bertemu — proses closing menjadi lebih cepat dan alami.
Inilah alasan mengapa sales modern lebih mirip public figure industri daripada sekadar tenaga penjualan.
3. Sinergi Kreativitas dan Teknologi
Kreativitas Gen Z bukan hanya di ranah ide, tetapi juga pada cara menggabungkan ide dengan teknologi.
Contoh:
- Membuat webinar interaktif dengan polling real-time.
- Menggabungkan kampanye email dengan konten TikTok yang terarah.
- Membangun microsite khusus untuk prospek tertentu dengan pesan yang dipersonalisasi.
Â
3.3 Pesan Penutup: Keunggulan Gen Z adalah Senjata Strategis di Sales
Gen Z memiliki dua kekuatan besar yang membuat mereka berpotensi menjadi generasi sales terbaik sepanjang sejarah:
- Kekuatan Digital Native – Kemampuan menguasai teknologi tanpa rasa takut, beradaptasi cepat dengan perubahan, dan mengelola banyak kanal secara efisien.
- Kreativitas & Personal Branding – Kemampuan menciptakan pendekatan yang segar, relevan, dan autentik untuk membangun kepercayaan dan koneksi dengan pelanggan.
Di era digital dan VUCA, kombinasi keduanya menghasilkan sales profesional yang tidak hanya kompetitif, tetapi juga visioner.
Bagi Gen Z, ini bukan sekadar kesempatan untuk sukses di karier, tetapi peluang untuk mengubah wajah penjualan menjadi lebih humanis, kreatif, dan relevan.
Ingat:
Teknologi bisa dimiliki semua orang. Kreativitas bisa dilatih. Tetapi identitas dan keunikan Anda hanya bisa diciptakan oleh Anda sendiri.
Dan di dunia sales modern, itu adalah aset terbesar yang bisa Anda tawarkan.

Â
Â
Bab 4 – Mengenal Jenis Penjualan & Model Bisnis
(Memilih Arena yang Tepat untuk Mengoptimalkan Potensi Penjualan)
4.1 Transaksional vs Konsultatif
Dalam dunia penjualan, pendekatan yang Anda gunakan menentukan cara Anda berinteraksi dengan pelanggan, lamanya siklus penjualan, dan besarnya nilai transaksi. Dua pendekatan utama yang paling dikenal adalah penjualan transaksional dan penjualan konsultatif.
1. Penjualan Transaksional: Cepat, Jelas, dan Volume Tinggi
Penjualan transaksional berfokus pada kecepatan dan efisiensi. Tujuannya adalah menutup transaksi secepat mungkin, dengan interaksi yang relatif singkat. Produk biasanya sudah jelas spesifikasinya, pelanggan tahu apa yang mereka mau, dan harga menjadi faktor utama.
Ciri-ciri penjualan transaksional:
- Proses singkat: sering kali hanya 1–2 kali interaksi.
- Fokus pada fitur dan harga, bukan solusi jangka panjang.
- Volume penjualan tinggi, margin keuntungan per transaksi relatif kecil.
- Minim kustomisasi — produk atau layanan yang dijual sifatnya standar.
Contoh: Penjualan tiket pesawat online, e-commerce untuk barang kebutuhan sehari-hari, atau penjualan smartphone di toko ritel.
đź’ˇ Insight Gen Z:
Jika Anda bermain di model ini, kecepatan respons, transparansi harga, dan pelayanan yang efisien adalah senjata utama. Teknologi seperti chatbot, checkout otomatis, dan integrasi pembayaran digital akan menjadi pembeda.
2. Penjualan Konsultatif: Relasi, Nilai, dan Solusi
Penjualan konsultatif berfokus pada membangun hubungan dan memahami kebutuhan pelanggan secara mendalam. Prosesnya lebih panjang karena melibatkan diskusi, asesmen, dan solusi yang disesuaikan.
Ciri-ciri penjualan konsultatif:
- Siklus penjualan panjang, melibatkan beberapa pertemuan.
- Fokus pada manfaat dan solusi yang relevan bagi pelanggan.
- Hubungan jangka panjang dengan pelanggan, bukan hanya satu transaksi.
- Kustomisasi tinggi: produk atau layanan dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik.
Contoh: Penjualan solusi perangkat lunak (SaaS) untuk perusahaan, jasa konsultasi manajemen, atau sistem mesin industri.
đź’ˇ Insight Gen Z:
Pendekatan ini menuntut kemampuan mendengarkan aktif, analisis kebutuhan, dan storytelling yang kuat. Keunggulan Gen Z sebagai digital native bisa dimaksimalkan dengan menggunakan data pelanggan, analitik, dan visualisasi untuk mendukung rekomendasi.
3. Memilih Pendekatan di Era VUCA
Dalam dunia VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity), tidak ada pendekatan yang “selalu benar”. Bahkan, banyak sales profesional sukses yang menggabungkan keduanya:
- Hybrid Model: Menggunakan kecepatan penjualan transaksional untuk entry point, lalu membangun relasi konsultatif untuk upselling atau cross-selling di kemudian hari.
- Data-Driven Transition: Memulai dengan penawaran cepat berbasis data, lalu mendalam ke solusi kustom saat pelanggan menunjukkan minat serius.
đź’ˇ Kunci bagi Gen Z:
Kemampuan untuk berpindah gaya penjualan sesuai situasi adalah aset besar. Jangan terjebak hanya di satu pendekatan—fleksibilitas adalah mata uang penting di pasar modern.
Â
4.2 B2B, B2C, D2C
Selain pendekatan penjualan, arena yang Anda pilih — apakah menjual ke bisnis atau langsung ke konsumen — juga menentukan strategi, saluran, dan keterampilan yang dibutuhkan. Mari kita bahas tiga model bisnis utama:
1. B2B (Business-to-Business)
B2B berarti Anda menjual produk atau layanan dari satu bisnis ke bisnis lainnya.
Ciri khas B2B:
- Siklus penjualan panjang, keputusan melibatkan banyak pihak (multi-stakeholder).
- Nilai transaksi besar, dengan kontrak jangka panjang.
- Fokus pada ROI (Return on Investment) dan efisiensi bisnis.
- Hubungan jangka panjang dan layanan purna jual sangat penting.
Contoh: Penjualan software ERP untuk perusahaan manufaktur, layanan logistik untuk e-commerce, atau mesin produksi.
đź’ˇ Untuk Gen Z di B2B:
Kuasai negosiasi multi-level, analisis data bisnis, dan bahasa teknis industri. Gunakan platform seperti LinkedIn dan webinar untuk membangun kredibilitas dan relasi profesional.
2. B2C (Business-to-Consumer)
B2C adalah penjualan langsung dari bisnis ke konsumen akhir.
Ciri khas B2C:
- Siklus penjualan pendek, keputusan pembelian cepat.
- Volume penjualan tinggi, margin relatif lebih rendah.
- Emosi dan pengalaman pelanggan menjadi pendorong utama.
- Branding dan pemasaran digital memegang peran besar.
Contoh: Penjualan pakaian di e-commerce, restoran cepat saji, atau produk elektronik ritel.
đź’ˇ Untuk Gen Z di B2C:
Manfaatkan media sosial, konten video, dan storytelling untuk menciptakan koneksi emosional. Gunakan kampanye interaktif di TikTok, Instagram, atau YouTube untuk memicu pembelian impulsif yang positif.
3. D2C (Direct-to-Consumer)
D2C adalah model di mana produsen menjual langsung ke konsumen, memotong jalur distribusi tradisional.
Ciri khas D2C:
- Kontrol penuh atas brand, pengalaman pelanggan, dan data.
- Margin lebih tinggi karena tidak ada perantara.
- Mengandalkan pemasaran digital, e-commerce, dan komunitas online.
- Cocok untuk brand baru atau niche yang ingin tumbuh cepat.
Contoh: Brand fashion yang menjual eksklusif melalui Instagram Shop, produsen skincare yang menjual langsung via website, atau startup makanan sehat dengan sistem subscription.
đź’ˇ Untuk Gen Z di D2C:
Kombinasikan kreativitas konten, community building, dan analitik untuk membangun brand yang otentik dan dekat dengan audiens. Anda bisa memanfaatkan live shopping, influencer marketing, dan loyalty program digital untuk memperkuat engagement.
Â
Â
4.3 Pesan Penutup: Menentukan Arena dan Strategi Anda
Memahami jenis penjualan (transaksional vs konsultatif) dan model bisnis (B2B, B2C, D2C) adalah fondasi untuk memilih strategi yang tepat.
- Transaksional cocok untuk kecepatan dan volume, konsultatif unggul untuk nilai dan relasi.
- B2B fokus pada solusi dan ROI, B2C pada emosi dan pengalaman, D2C pada kontrol brand dan engagement langsung.
Di era digital dan VUCA, pemenang bukanlah mereka yang menguasai satu model saja, tetapi mereka yang mampu beradaptasi, memadukan pendekatan, dan mengoptimalkan teknologi untuk setiap arena.
đź’ˇ Kunci untuk Gen Z Sales Professional:
Jangan hanya memilih arena yang “nyaman” bagi Anda. Cobalah bermain di berbagai model untuk memperluas wawasan, membangun keterampilan lintas pendekatan, dan meningkatkan nilai diri di pasar kerja yang kompetitif.
——-0——–
PENULIS
Doddy Ariesta Afriyana, SE, C.HRM, C.Trainer, C.SLII, C.SoT, C.NLP, C.PI Analyst
Doddy is a sales practitioner, human resources practitioner, and businessman, as well as a training master for Salesmanship, Sales management, and Sales Leadership training at Imtiyaz Learning & Consulting, who has 6 certifications ranging from sales, soft skills, leadership, training, personality profiling, and human resources from reputable national and international institutions.
Doddy has worked in a variety of industries for over 22 years, including the restaurant industry, software and application development, FMCG, Oil and Gas, Pharmacy, Direct Selling, MLM, Automotive, SME, and Start-Up. Extensive and in-depth experience in local, national, and multinational corporations within the scope of his position roles on a local, national, and global scale.
He began his career as a marketing executive at a Software & Application Development company, as well as a Head of Professor Assistant Corps at FEB UI, after graduating from the Faculty of Economics & Business University of Indonesia (FEB UI). His career progressed until he was trusted to become Head of Area, Assistant Manager, Manager, and General Manager in various national and multinational companies. His previous position before deciding to start a learning consulting firm was General Manager Learning & Development at Renault Indonesia and GM HRD & Business Development at start up Blimobil Indonesia.
–0–
Desain Smart & Impactful Sales Training Program
Judul Sales Training
Desain Smart & Impactful Sales Training Program
Deskripsi
Pelatihan ini dirancang untuk memberikan keterampilan, pengetahuan, dan kreativitas kepada tim HR generasi muda dalam merancang program pelatihan sales yang efektif, engaging, dan berdampak tinggi. Mengambil inspirasi dari Jafra Development Training Program (JDT) yang terkenal dengan kombinasi gamification, experiential learning, dan clear milestone, peserta akan belajar menyusun kurikulum, silabus, metode, serta strategi implementasi yang sesuai dengan karakter Gen Z dan kebutuhan penjualan modern. Juga, dari berbagai industri seperti Edukasi, FMCG, Farmasi, Otomotif, dan sharing dari industri lainnya.
Manfaat
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu:
- Memahami filosofi dan desain JDT serta relevansinya untuk generasi penjual baru.
- Menyusun kurikulum sales training berbasis milestone dan pengalaman.
- Mengintegrasikan gamification untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan peserta.
- Merancang kombinasi metode in-class training dan field coaching.
- Membuat rundown dan aktivitas pelatihan yang engaging bagi Gen Z sales team.
- Menyusun mekanisme evaluasi dan pengakuan (recognition) yang efektif.
Keunggulan
- 1.     Berbasis Studi Kasus Nyata → dari Industri FMCG, Farmasi, Skincare, dan Otomotif serta sharing di industri lainnya.
- 2.     Metode Hybrid → Menggabungkan teori, praktik, dan simulasi kreatif.
- 3.     Gen Z Friendly → Menggunakan media digital, storytelling, dan desain visual menarik.
- 4.     Gamified Learning → Leaderboard, challenge, badge, dan micro reward.
- 5.     Toolkit Lengkap → Template kurikulum, silabus, dan activity plan siap pakai.
Skill
- Instructional Design for Sales Training
- Gamification Strategy
- Experiential Learning Facilitation
- Sales KPI Integration in Training
- Creative Training Activities for Gen Z
- Coaching & Mentoring Skills
Target Peserta Sales TrainingÂ
- HR & Learning Specialist
- Sales Capability Development Officer
- Training & Development Executive
- Sales Trainer
- Recruitment & Onboarding Specialist
- Gen Z HR team yang ingin meningkatkan kompetensi desain pelatihan
Durasi
2 Hari
Metode Sales TrainingÂ
- Participative Learning;
- Gamification;
- Group Discussion;
- Interactive Presentation;
- Case Study;
- Impactful Role Play;
- Simulation;
- Group Presentation.
Hubungi kami untuk mendapatkan penawaran dari program unggulan Imtiyaz Learnings. SALES TRAINING 4.0 adalah program unggulan kami untuk membantu para pimpinan sales mencapai target penjualan perusahaan. Metode pembelajaran yang dijalankan merupakan kolabolasi dari pengalaman tim trainer di dunia sales dengan memanfaatkan kemajuan teknologi terkini.
Address:
H. Nawi Raya No. 191, Gandaria Utara
Kota Jakarta Selatan 12140, Jakarta
Lihat Google Maps –>> klik disini
Phone / Whatsapp :
0852 8350 0976 (DINI) –>> klik disini
0812 9581 2288 (DEWA) –>> klik disini
Email:
dini.mufidah@imtiyazlearnings.com
dewa@imtiyazlearnings.com
Socmed:
LinkedIn : imtiyazlearningconsulting –>> klik disini
Instagram : imtiyazlearnings –>> klik disini