(Sales Manager Training Series) Bagaimana Delegasi & Empowerment di Tim Sales

Sales Manager Training ~ Imtiyaz Learning Consulting | Bayangkan Anda sebagai Sales Manager di sebuah perusahaan FMCG besar. Setiap hari Anda dihadapkan pada target yang tinggi, tim sales regional yang harus di-mobilisasi, dan perubahan pasar yang cepat. Anda merasa: “Jika gue nggak ambil alih semua, ini bisa berantakan.”
Hasilnya? Anda jam kerja hingga larut, pikiran penuh, dan tim Anda tampak menunggu instruksi terus–menerus. Anda jadi bottleneck, bukan multiplier.

Tapi bayangkan skenario berbeda: Anda mulai mengalihkan beberapa tugas ke tim, memberi mereka tanggung jawab nyata, dan percaya mereka bisa deliver. Anda lalu punya waktu untuk menyusun strategi besar, coaching individu, ikut rapat eksekutif – dan tim Anda menjadi bergerak, kreatif, proaktif.

Itulah perbedaan antara Sales Manager yang “ngurusin semua sendiri” vs yang “menggerakkan tim”.

 

1. Pembukaan — Siapa Sales Manager yang Sukses?

Dua skill yang jadi pembeda utama:

  1. Delegasi – berani memberikan tanggung jawab ke tim.
  2. Empowerment – percaya bahwa tim bisa deliver dan memberi ruang untuk mereka melakukannya.

Dalam artikel ini kita akan membedah kenapa kedua skill ini penting, bagaimana praktiknya di lapangan (termasuk contoh di industri FMCG dan B2B), serta bagaimana Anda sebagai Sales Manager bisa menghindari jebakan-klasik yang membuat Anda kelebihan beban dan tim mandek.

climbing career ladder ~ managing team ~ managing upward ~ sales manager training

2. Kenapa Delegasi Itu Penting?

2.1 Beban Anda Terlalu Berat

Sebagai Sales Manager, Anda bukan super­man. Waktu dan energi Anda terbatas. Jika Anda melakukan semua sendiri—mulai dari prospek, closing, laporan, administrasi sales, training, coaching—maka Anda akan kelelahan dan tak punya ruang untuk hal strategis. Menurut riset, delegasi efektif memungkinkan leader untuk “focus on strategic initiatives” dan membebaskan waktu untuk scale-up.

2.2 Tim Anda Butuh Berkembang

Jika Anda terus memegang semua tugas, tim Anda tidak pernah diberi kesempatan belajar. Hasilnya: mereka stagnan, kurang percaya diri, tergantung Anda. Delegasi yang baik bukan cuma memindahkan tugas — tetapi memindahkan tanggung jawab dan kesempatan belajar.

2.3 Motivasi & Engagement Naik

Ketika tim diberi tanggung jawab real, mereka merasa dihargai, dipandang mampu, dan terlibat di hasil. Ini meningkatkan engagement dan loyalitas. Sebaliknya, jika Anda terus menahan semua, tim bisa merasa “gue cuma pelaksana”, bukan partner.

2.4 Anda Bisa Fokus ke Hal Besar

Dengan delegasi, Anda punya waktu untuk hal‐hal yang hanya Anda bisa lakukan: membangun strategi sales, mengembangkan pasar baru, coaching high‐performer, memperkuat pipeline. Anda beralih dari “melakukan” ke “memimpin”.

Ilustrasi FMCG:

Di sebuah perusahaan FMCG (misalnya distribusi produk consumer), Sales Manager A selama 6 bulan terus mengejar target sendiri—datang ke outlet, mengatur display, bahkan ikut closing. Akibatnya ia kelelahan, timnya pasif.

Kemudian ia mengubah gaya: ia mendelegasikan ke senior sales dua wilayah tugas monitoring display dan reporting; ia hanya menetapkan KPI, review mingguan, dan coaching. Hasilnya: tim menjadi proaktif, display meningkat, dan ia punya waktu untuk negosiasi distributor besar.

Ilustrasi B2B:

Di perusahaan B2B (misalnya penyedia mesin atau solusi industri), Sales Manager B selama lama merasa “kalau mau beres, gue aja yang kerjain.” Ia menghandle prospek besar, men‐close sendiri, dan menyerahkan hanya administrasi ke tim. Akibatnya pipeline stagnan karena ia tak sempat mencari prospek baru.

Setelah mengubah: ia mulai memilih satu prospek besar untuk tim senior, memberikan mereka tugas discovery call, dan ia fokus pada closing strategis. Tim merasa dipercaya dan mulai membawa prospek baru. Pipeline tumbuh.

Jadi: delegasi bukan tanda “melepas kontrol”, melainkan tanda “memperbesar kontrol” melalui orang lain.

 

3. Prinsip Delegasi yang Efektif

Memang, banyak Sales Manager ingin mendelegasi tetapi gagal karena salah konsep atau takut hasilnya tidak sesuai. Berikut prinsip‐praktik yang harus Anda kuasai.

3.1 Delegasi ke Orang yang Tepat

Tugas harus diberikan ke orang yang sesuai: skill, minat, potensi. Jangan memberikan tugas berat ke junior tanpa persiapan, karena bisa jadi gagal dan demotivasi. Riset menunjukkan kesalahan umum: manajer memberikan tanggung jawab terlalu besar/lain tanpa pelatihan.

Contoh: Dalam tim sales FMCG, pilih sales yang punya track record baik dan kemauan untuk berkembang untuk menjadi “lead display monitoring” — daripada memberikan ke staff baru yang belum paham.

3.2 Jelas soal Ekspektasi

  • Apa yang harus dikerjakan?
  • Kapan deadline nya?
  • Standar hasilnya bagaimana?

Jika manajer hanya bilang “urus saja display outlet X”, tanpa konteks atau standar, maka hasil bisa berbeda dari ekspektasi. Riset mengatakan bahwa delegasi efektif membutuhkan definisi outcome bukan hanya tugas.

Contoh: “Saya beri Anda tanggung jawab monitoring display ke 30 outlet di wilayah Bali selama Q4. Target: 90% outlet ter‐compliant dengan planogram, laporan setiap Senin pagi, dan tiga improvement ide tiap bulan.”

3.3 Kasih Authority yang Cukup

Delegasi bukan hanya memberi tugas, tetapi memberi wewenang untuk mengambil keputusan yang diperlukan. Tanpa authority, tim bisa menemui “tembok” dan kembali ke Anda – maka Anda tetap bottleneck. Sebuah artikel menyebut: delegasi efektif muncul saat Anda “assign responsibility and authority for outcomes, not just tasks”.

Contoh B2B: Sales Manager memberikan ke senior sales wewenang untuk negosiasi diskon hingga 5% dan memilih vendor demo, tanpa harus tiap kali melapor.

3.4 Monitor Tanpa Micromanage

Anda tetap harus memonitor progress, tapi jangan ikut “ngintip tiap menit” atau mengambil alih setiap detail. Micromanagement membunuh rasa ownership tim. Riset menyebut bahwa micromanagement sering muncul karena manajer takut kehilangan kontrol—tapi justru menyebabkan performa menurun.

Contoh: Setelah delegasi, tetapkan checkpoint mingguan 30 menit untuk review, bukan intervensi harian.

3.5 Kasih Feedback

Ketika tugas selesai (atau setidaknya milestone), lakukan evaluasi: apa yang berjalan baik, apa yang perlu diperbaiki. Dan jangan lupa apresiasi tim. Feedback ini sangat penting untuk pembelajaran dan perkembangan.

Contoh: “Bagus sekali kamu mencapai 92% compliance display. Hal yang bisa kita perbaiki: ide aktivasi outlet supaya traffic naik minimal 10%.”

3.6 Mulai dari Skala Kecil

Jika Anda belum terbiasa mendelegasi atau tim belum terbiasa menerima tanggung jawab, mulailah dari tugas kecil lalu naikkan levelnya secara bertahap. Riset menunjukkan teknik ini membantu membangun kepercayaan dan kompetensi.

Contoh: Mulailah dengan tugas monitoring mingguan 10 outlet, sebelum memindahkan tanggung jawab ke seluruh wilayah.

sales manager training
True Leader Leaving a Legacy ~ Sales Manager Training

4. Empowerment = Trust + Support + Space

Delegasi menyangkut “memberi tugas”. Tapi empowerment jauh lebih dari itu—sampai ke level “memberi kebebasan, kepercayaan, wewenang”. Mari kita uraikan tiga komponen empowerment.

4.1 Trust (Kepercayaan)

Membebaskan tim berarti Anda percaya bahwa mereka mampu. Jika Anda terus ke sana-sini mengecek, mempertanyakan, mengatur ulang, maka Anda menunjukkan ketidakpercayaan—dan tim akan merasa ditekan. Riset mengatakan empowerment memerlukan kepercayaan yang nyata agar tim merasa dihargai dan bertumbuh.

Contoh: Sales Manager memberi junior sales “pilot project” untuk region baru, mencatat bahwa “Saya percaya Anda bisa membawa prospek baru. Silakan Anda yang handle dan saya backup kalau perlu.”

4.2 Support (Dukungan)

Memberi tanggung jawab tidak cukup tanpa memastikan tim punya sumber daya, pelatihan, akses, dan dukungan yang diperlukan. Jika Anda mendelegasi tanpa support, maka delegasi bisa jadi dumping. Artikel menyebut bahwa manajer gagal karena “gives task but not power/tools” atau tidak memberi pelatihan.

Contoh: Untuk junior yang diberikan tanggung jawab, Anda mengatur buddy system, training produk, role‐play simulasinya, dan akses mentoring Anda selama bulan pertama.

4.3 Space (Ruang)

Empowerment artinya memberi ruang bagi tim untuk mengambil keputusan, membuat kesalahan dan belajar dari situ. Jika Anda terus mengubah keputusan mereka atau menyalahkan tiap kesalahan tanpa kesempatan belajar, maka empowerment gagal.

Contoh FMCG: Anda memberi sales regional wewenang memilih promosi khusus untuk outlet mereka, lalu Anda hanya review hasilnya; Anda tidak mengintervensi jika mereka mencoba ide yang berbeda.

4.4 Hasil dari Empowerment

Ketika tim merasa dipercaya, didukung dan punya ruang, Anda akan melihat:

  • Mereka lebih percaya diri
  • Lebih kreatif, muncul ide-ide baru
  • Lebih loyal ke Anda sebagai leader (karena merasa dihargai)
  • Anda bisa fokus ke tugas strategis

Riset menunjukkan manajer yang delegasi & empower timnya memiliki tim yang lebih bergerak, dan manager tidak jadi bottleneck.

 

5. Praktik Delegasi & Empowerment di Industri

Mari kita lihat dua skenario berbeda supaya lebih membumi: satu di sektor FMCG dan satu di sektor B2B.

5.1 Skenario FMCG

Latar: Anda Sales Manager untuk wilayah Jawa Timur di perusahaan produk consumer (misalnya minuman atau snack). Tim Anda terdiri dari 1 Senior Sales (2 tahun pengalaman), 2 Sales Executives (baru 1 tahun), dan 3 Sales Admin. Target Q3 meningkat 12 %.

Masalah awal: Anda merasa semua detail harus Anda handle: negosiasi key‐account, visit ke outlet besar, urus display, laporan weekly ke HQ. Hasil: Anda kelelahan, tim tampak menunggu perintah.

Langkah Delegasi:

  • Anda memilih Senior Sales untuk tanggung jawab monitoring display ke 50 outlet utama, termasuk ide ativasi ringan. Anda jelaskan ekspektasi: visit minimum 5 outlet per minggu + laporan tiap Senin.
  • Anda memberi wewenang: senior sales bisa memilih vendor bahan promosi kecil hingga budget Rp5 juta tanpa minta persetujuan Anda.
  • Anda tetap memonitor lewat checkpoint mingguan 30 menit, dan memberikan feedback.

Langkah Empowerment:

  • Trust: Anda menyampaikan ke senior: “Saya percaya pengalamanmu bisa mengangkat program display ini.”
  • Support: Anda beri akses ke database outlet, training singkat tentang merchandiser efektif, mentoring Anda jika diperlukan.
  • Space: Anda beri kebebasan senior memilih ide aktivasi (contoh: sampling hingga combo-deal) dan hanya Anda review hasilnya.

Hasil:

  • Senior sales merasa termotivasi, memberikan ide baru (misalnya “paket bundling di outlet warung”);
  • Sales Executives mulai mereplikasi model tersebut karena senior menjadi role model;
  • Anda punya waktu untuk fokus ke key‐account asin (supermarket nasional) dan strategi wilayah;
  • Target Q3 tercapai dengan tambahan 15 %—terlebih karena peningkatan display dan activasi outlet.

5.2 Skenario B2B

Latar: Anda Sales Manager di perusahaan penyedia solusi industri (misalnya mesin industri atau alat berat) di wilayah ASEAN. Tim Anda: 2 Account Managers (5 tahun pengalaman), 1 Sales Engineer, 1 Sales Support. Target penjualan proyek > US$1 juta.

Masalah awal: Anda merasa “kalau gue nggak handle sendiri, deal besar nggak jalan”. Anda mengambil alih closing semua, sementara tim hanya mengelola administrasi. Pipeline stagnan.

Langkah Delegasi:

  • Anda memilih salah satu Account Manager untuk menangani klien potensial “Melayu-ASEAN” senilai US$500 k. Anda jelaskan outcome: proposal siap dalam 4 minggu, nego teknis + komersial, Anda akan handle final closing jika diperlukan.
  • Anda beri wewenang: Account Manager bisa memutuskan promosi diskon hingga 3 % dan memilih vendor demo.
  • Anda tetap monitoring lewat checkpoint mingguan.

Langkah Empowerment:

  • Trust: Anda secara eksplisit menyampaikan “Saya beri tugas ini karena saya yakin kamu punya kemampuan dan jaringan untuk menangani klien ini.”
  • Support: Anda menugaskan Sales Engineer sebagai resource teknis; Anda berikan training strategi negosiasi; Anda buka slot mentorship Anda tiap 2 minggu.
  • Space: Anda tidak ikut in every meeting, hanya hadir di milestone tertentu; Account Manager diberi kebebasan memimpin meeting klien, mengambil keputusan kecil.

Hasil:

  • Account Manager merasa dihargai dan berkembang;
  • Proposal selesai tepat waktu, klien terpikat dengan kombinasi teknis + komersial;
  • Anda mendapatkan klien tersebut di pipeline, sehingga Anda bisa fokus ke segmen baru (negara tetangga) dan strategi long-term.
  • Tim Anda menjadi lebih proaktif mencari peluang baru karena merasa bukan “bantuan” Anda tetapi “partner”.

 

6. Jebakan yang Harus Dihindari

Tentunya, implementasi delegasi & empowerment tidak tanpa risiko. Berikut jebakan-klasik yang sering membuat Sales Manager gagal — dan bagaimana Anda menghindarinya.

6.1 “Kalau Mau Beres, Gue Aja yang Kerjain”

Mentalitas ini umum: manajer merasa “ini harus cepat atau harus sempurna” lalu mengambil alih. Risiko: overload, burnout, tim diam.

Solusi: Sadari bahwa Anda bukan hanya melakukan, tapi memimpin. Setiap tugas yang Anda ambil sendiri adalah peluang yang Anda lewatkan untuk mengembangkan tim. Gunakan audit delegasi (lihat exercise di bawah) untuk mulai mengalihkan tugas.

6.2 Takut Hasil Tidak Sesuai Standar

Manajer sering menahan tanggung jawab karena takut “hasilnya jelek” dan akan mencerminkan dirinya. Namun, tidak memberikan kesempatan berarti Anda tidak membangun kompetensi dalam tim. Riset mengidentifikasi kurangnya kepercayaan sebagai hambatan utama delegasi.

Solusi: Mulailah dengan tugas kecil, beri support, dan accept bahwa terkadang hasilnya tidak sempurna — tapi penting adalah tim belajar. Anda sebagai manajer tetap bertanggung jawab atas hasil, tapi itu bukan alasan untuk tidak mendelegasi.

6.3 Micromanagement

Banyak manajer mencoba delegasi tapi jatuh ke micromanagement: yaitu memberi tugas, lalu memantau setiap langkah, ikut mengambil keputusan kecil, akhirnya tim merasa diawasi ketat dan tidak punya ruang. Riset: micromanagement merusak kinerja tim.

Solusi: Tetapkan checkpoint jelas, tetap komunikasi terbuka, tapi beri ruang. Ingat: delegasi bukan sabda “kerjakan sesuai gue”, tapi “ini hasil yang saya harapkan, saya percaya Anda to get there”.

6.4 Tidak Menyediakan Dukungan atau Training

Delegasi atau empowerment tanpa support adalah dumping: Anda bilang “kerjakan”, tapi tim tak punya alat/training. Riset menunjukkan manajer gagal karena tidak memberi pelatihan atau wewenang yang cukup.

Solusi: Sebelum delegasi besar, pastikan tim punya kemampuan/akses. Lakukan training, pairing dengan senior, dan tentukan resources–tool–wewenang yang mereka butuhkan.

6.5 Tidak Memberikan Ruang untuk Belajar dari Kesalahan

Tim yang takut salah akan menunggu izin Anda setiap saat, atau malah tidak membuat keputusan. Empowerment menuntut ruang untuk mencoba dan gagal (dengan aman). Riset: empowerment sukses ketika manajer memberi ruang untuk tindakan dan kegagalan yang terkelola.

Solusi: Sampaikan: “Kalau ada keputusan yang bisa Anda ambil, silakan — kita evaluasi bersamaan. Kalau salah, kita belajar.” Hal ini membantu membangun “growth mindset” dalam tim.

 

7. Langkah Praktis untuk Sales Manager Hari Ini

Agar Anda tak hanya baca tapi langsung bisa bertindak, berikut langkah‐praktis yang bisa Anda mulai sekarang.

 

7.1 Delegation Audit (Seperti di exercise Anda)

  1. Buat daftar semua pekerjaan Anda minggu ini.
  2. Tandai mana yang harus Anda kerjakan sendiri (contoh: performance appraisal, keputusan strategis) dan mana yang bisa Anda delegasi ke tim atau admin.
  3. Pilih minimal 3 tugas yang minggu depan Anda akan delegasiin.
  4. Buat monitoring dan evaluasi:
    • Apakah tim bisa handle?
    • Apakah Anda dapat lebih banyak waktu untuk hal penting?
    • Apa yang harus diperbaiki dalam proses delegasi itu?
fun effective sales meeting ~ sales manager training
fun effective sales meeting ~ sales manager training

7.2 Empowerment Case Study (Diskusi / Role-play dengan tim)

  1. Bayangkan ada Sales Rep baru yang jempolan tapi insecure.
  2. Sebagai manager, Anda diskusi dengan tim:
    • Tugas pertama apa yang Anda beri ke dia?
    • Bagaimana Anda memberikan feedback supaya dia makin pede?
    • Bagaimana Anda pastikan dia belajar dari kesalahan tanpa down?
  3. Implementasikan dalam minggu ini: tetapkan buddy, tugas kecil, mekanisme feedback mingguan.

7.3 Checklist Delegasi & Empowerment

Sebelum Anda delegasi/empower, tanyakan ke diri Anda:

  1. Apakah saya percaya pada tim saya?
  2. Apakah saya memberi mereka ruang untuk belajar dan salah?
  3. Apakah saya jelas tentang ekspektasi & deadline?
  4. Apakah saya memonitor progress dengan bijak, bukan micromanage?
  5. Apakah saya memberi feedback yang membangun?

7.4 Rencana 30-60-90 Hari

  • 30 hari: Identifikasi 5 tugas rutin Anda yang bisa delegasi. Pilih 2 tugas dan delegasikan ke tim.
  • 60 hari: Monitor hasil, beri feedback, lakukan pengembangan tim (training, coaching).
  • 90 hari: Evaluasi hasil delegasi: gain waktu Anda berapa? Apakah tim bisa lebih mandiri? Scale delegasi ke tugas yang lebih besar.

 

8. Mengukur Keberhasilan Anda

Bagaimana Anda tahu bahwa Anda berhasil menjadi Sales Manager yang delegasi & empower tim? Beberapa indikator:

  1. Waktu Anda di lapangan dan strategis meningkat (bandingkan sebelum vs sekarang).
  2. Rata-rata tugas rutin yang Anda lakukan sendiri menurun.
  3. Tim mulai mengambil inisiatif: ide baru, improvement, tim yang aktif.
  4. Penurunan bottleneck: rapat lebih efektif, keputusan lebih cepat, Anda tak jadi “jalan tol” setiap keputusan.
  5. Tingkat retensi dan engagement tim meningkat.
  6. Hasil tanggung jawab delegasi (contoh: display compliance, pipeline new deals) meningkat.

 

9. Cerita Inspiratif: Sales Manager yang Transformasi

Biarkan saya ceritakan kisah dari seorang Sales Manager di perusahaan B2B di Asia Tenggara.

Tony, Sales Manager wilayah SEA di perusahaan mesin industri. Awalnya ia “pegang semua”—prospek, nego, closing, laporan, admin. Ia kerja 14 jam/hari. Tapi hasil stagnan. Di training, ia belajar konsep delegasi & empowerment. Ia mulai dengan langkah kecil: memilih Account Manager untuk menangani klien > US$250 k, memberi wewenang negosiasi diskon kecil. Ia tetap review mingguan, tapi memberi ruang. Hasil 3 bulan kemudian: pipeline baru muncul, dua klien baru dari negara tetangga, dan Tony punya waktu untuk membangun strategi export. Ia bilang:

“Waktu saya dulu habis buat urus detail. Sekarang saya bisa pikirin: bagaimana kita scale ke Vietnam sambil tim handle harian.”

Contoh ini memperlihatkan: perubahan mindset manajer dari “carry semua” ke “mobilisasi tim” membawa perbedaan besar.

 

10. Kesimpulan & Key Takeaways

  1. Delegasi = memberi tanggung jawab ke tim → memungkinkan tim berkembang dan Anda fokus ke hal besar.
  2. Empowerment = trust + support + space → membuat tim lebih percaya diri, kreatif, dan loyal.
  3. Sales Manager yang tidak bisa delegasi akan kehabisan waktu & energi, dan timnya mandek.
  4. Sales Manager yang bisa delegasi & empower timnya → akan menjadi multiplier, bukan bottleneck.
  5. Mulai dari langkah kecil: audit tugas Anda, pilih tugas yang bisa didelegasi, beri support, beri ruang.
  6. Dengan mindset yang tepat, Anda tidak hanya menjadi Sales Manager yang sukses — Anda menjadi leader yang mencetak pemimpin berikutnya di tim Anda.

 

 

 

 

PENULIS

Sales Training
Doddy Ariesta

DoddyAriesta Afriyana, SE, C.HRM, C.Trainer, C.SLII, C.SoT, C.NLP, C.PI Analyst

Doddy is a sales practitioner, human resources practitioner, and businessman, as well as a training master for Salesmanship, Sales management, and Sales Leadership training at Imtiyaz Learning & Consulting, who has 6 certifications ranging from sales, soft skills, leadership, training, personality profiling, and human resources from reputable national and international institutions.

Doddy has worked in a variety of industries for over 22 years, including the restaurant industry, software and application development, FMCG, Oil and Gas, Pharmacy, Direct Selling, MLM, Automotive, SME, and Start-Up. Extensive and in-depth experience in local, national, and multinational corporations within the scope of his position roles on a local, national, and global scale.

He began his career as a marketing executive at a Software & Application Development company, as well as a Head of Professor Assistant Corps at FEB UI, after graduating from the Faculty of Economics & Business University of Indonesia (FEB UI). His career progressed until he was trusted to become Head of Area, Assistant Manager, Manager, and General Manager in various national and multinational companies. His previous position before deciding to start a learning consulting firm was General Manager Learning & Development at Renault Indonesia and GM HRD & Business Development at start up Blimobil Indonesia.

–0–

logo imtiyaz learnings

Smart Sales Manager 4.0

Judul Sales Manager Training

Smart Sales Manager 4.0

Deskripsi

Sales Training ~ Imtiyaz Learnings | Bagaimana memahami territory management, breakdown target, mendesain KPI, mendesain insentif, dan mengevaluasi kinerja tim sales, serta memahami 3 peran sales manager secara maksimal yaitu mengelola tugas dengan baik, mengelola waktu, dan mengelola orang lain. Dan juga tanpa melupakan bagaimana kita memanfaatkan artificial intelligence untuk memaksimalkan peran manajemen kita.

Manfaat

Membekali para Sales Manager dengan skill yang tepat dalam mengelola diri dan tim penjualannya, termasuk di dalamnya skill territory management, break down sales target, menyelaraskan pencapaian insentif untuk mencapai target pribadi tim penjualan. Memanfaatkan media sosial, digital, dan artificial intelligence untuk mendapatkan database dan prospek.

Keunggulan

Para Sales Manager mudah memahami konten dari materi training ini, karena mudah diterapkan, inspiratif, juga membekali skill teknis mereka sebagai sales manager. Disempurnakan dengan skill media sosial, digital, dan artificial intelligence yang sangat suportif untuk pencapaian penjualan.

Skill

Smart time management, Smart task management, Smart leader, sales territory management, Smart problem solver and decision maker, smart prospecting, smart database gathering.

Target Peserta Sales Manager Training 

Sales Leader, Sales Manager, Sales Director, Vice President Sales Marketing, General Manager Sales, C-Level

Materi Training
  1. Time Management
  2. Task Management
  3. Territory Manager
  4. Problem Solving
  5. Decision making
  6. Breakdown Sales Target
  7. Prospect Database Gathering
  8. Smart Coaching for high performance.
Durasi

2 Hari

Metode Sales Training 
  • Participative Learning;
  • Group Discussion;
  • Interactive Presentation;
  • Case Study;
  • Impactful Role Play;
  • Simulation; Group Presentation.

 

contact marketing imtiyaz

Hubungi kami untuk mendapatkan penawaran dari program unggulan Imtiyaz Learnings. SALES TRAINING 4.0 adalah program unggulan kami untuk membantu para pimpinan sales mencapai target penjualan perusahaan. Metode pembelajaran yang dijalankan merupakan kolabolasi dari pengalaman tim trainer di dunia sales dengan memanfaatkan kemajuan teknologi terkini.

Address:

H. Nawi Raya No. 191, Gandaria Utara
Kota Jakarta Selatan 12140, Jakarta
Lihat Google Maps  –>> klik disini

Phone / Whatsapp :

0852 8350 0976 (DINI)  –>> klik disini
0812 9581 2288 (DEWA)  –>> klik disini

Email:

dini.mufidah@imtiyazlearnings.com
dewa@imtiyazlearnings.com

Socmed:

LinkedIn : imtiyazlearningconsulting  –>> klik disini
Instagram :  imtiyazlearnings  –>> klik disini

sales manager training

sales manager training

sales manager training

sales manager training

sales manager training

sales manager training

sales manager training

sales manager training

sales manager training

sales manager training

sales manager training

sales manager training

sales manager training

sales manager training

sales manager training

sales manager training

sales manager training

sales manager training

sales manager training

sales manager training

sales manager training

sales manager training

 

 

Share to Learn

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top